Monday 6 May 2013

Semua profesi adalah baik ketika kita berusaha agar kita bermanfaat bagi orang lain


Tulisan ini aku buat untuk teman-temanku
yang berada di tempat yang sama denganku
yang setiap hari menuntut ilmu denganku
dan untuk siapapun yang ingin membangun negeri ini
ini hanyalah coretan kecil yang aku buat ketika terinspirasi oleh pertanyaan tentang cita-cita
semoga bermanfaat dan menjadi motivasi kita semua
dan semoga menikmati tulisan bergenre wawancara ini :)

Ternyata tidak semua orang memiliki cita-cita yang sama dengan pendidikan yang ia tempuh. So, Apa pendapatmu tentang mahasiswa pertanian yang tidak bercita-cita menjadi seorang petani?

         Sebelumnya saya mau meluruskan pandangan bahwa seseorang yang kuliah di pertanian tidak harus bercita-cita menjadi seorang petani. Cita-cita itu adalah harapan hidup seseorang. Seseorang berhak menentukan masa depannya akan jadi apa dia, bersama, siapa, dan dimana. Memang benar kondisi pertanian di negeri ini sangat buruk tapi bukan berarti membenahinya dengan menyalahkan Sarjana Pertanian yang tidak ikut membangun pertanian di negeri ini. Ada hal lain yang dapat dilakukan untuk membenahi negeri ini.
         Menurut saya ada beberapa hal yang menyebabkan mereka tidak bercita-cita jadi petani

1.      Mereka kuliah di pertanian bukan karena pilihan mereka, karena keadaan, dan karena sudah tak ada pilihan
      Semua pasti tau kalau kita berada di tempat yang tidak kita senangi kita akan tetap merindukan tempat yang kita senangi. Kita hanya akan membayangkan betapa menyenangkannya berada di sana. Bagaimanapun, kita harus bisa berada di sana entah sekarang ataupun nanti. Menurutku begitupula dengan mereka, mungkin tak ada pilihan lain selain ada di sini tapi mereka tetap punya harapan untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Aku tau rasa tidak nyaman ketika seseorang ada di suatu tempat yang bukan menjadi pilihannya tapi sudah tak ada pilihan lain selain untuk tetap berada disana. Dan pasti mereka juga dilema, tidak mudah mereka beradaptasi menyukai sesuatu yang baru yang tidak pernah mereka sukai sebelumnya. Wajar jika mereka mengejar cita-cita mereka. Bagiku ini sangat wajar karena tidak ada orang yang ingin hidup dengan hal yang tidak disukainya. Semua orang ingin melakukan hal yang mereka sukai seumur hidup mereka.

2.      Mereka tau jadi petani bukanlah pekerjaan yang mudah tapi mereka tidak punya pilihan lain selain berada disini
      Mungkin beberapa orang sudah mencoba menyukai pertanian tapi ternyata menjadi petani bukanlah hal yang mudah. Kegagalan selalu menghantui. Dunia pertanian tidaklah selalu mulus apalagi ada berita tentang kegagalan panen, serangan hama, dan harga jual yang tidak menentu menyebabkan kerugian petani dimana-mana. Jujur saya pribadi jarang melihat kehidupan petani yang mewah. Petani di negeri ini mayoritas adalah petani yang miskin. Sehingga wajar bagiku dan sangat wajar mereka tidak bercita-cita menjadi seorang petani. Bahkan ada pandangan pekerjaan lain lebih mudah daripada menjadi petani dimana jaminan hidup yang lebih menjanjikan daripada menjadi seorang petani. Semua pandangan ini tentu akan mengarahkan mereka untuk memilih profesi lain.

Dua alasan di atas mungkin mewakili sebagian mahasiswa pertanian yang tidak bercita-cita menjadi seorang petani dan tidak menutup kemungkinan adanya alasan-alasan lainnya. Lalu bagaimana pendapatmu tentang mahasiswa pertanian yang bercita-cita menjadi seorang petani?

Itu aku. Jadi kalau menjawab pertanyaan ini aku akan menjawab langsung dari versiku bukan memuji juga bukan mencela. Karena kalau jawabannya dari aku, aku sulit menjadi pengamat sehingga aku tidak bisa menyalahkan dan membenarkan. Aku hanya bisa memberikan alasan kenapa aku bercita-cita menjadi seorang petani
1.      Aku tidak suka menjadi PNS. Sejujurnya jadi PNS itu menyenangkan karena gaji tetap namun aku tidak suka aktivitas kesehariannya yang sama setiap hari.
      Berangkat jam 7 pagi pulang jam 12 siang seakan-akan aku tidak akan punya kegiatan lain dalam waktu itu selain bekerja. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan tapi aku tidak menyalahkan profesi ini. PNS adalah profesi yang baik. Mereka adalah bagian dari struktur negara ini yang mempunyai tugas untuk membangun dan menjaga keutuhan negeri ini. Aku salut pada mereka bahkan dalam keluargaku ada yang berprofesi menjadi PNS. Hidupnya terjamin. Tapi kembali lagi “manusia pasti punya naluri untuk melakukan hal-hal yang ia sukai” dan aku menyukai untuk memiliki waktuku tanpa jadwal seperti itu.

2.      Aku sering mendengar kalimat yang diucapkan dan tulisan bahwa negeri kita ini kaya tapi penduduknya miskin. Kalimat ini terus dan sering aku dengar hingga detik ini.
      Entah rasanya setiap mendengar hal itu aku ingin marah dan ingin rasanya kalau aku punya Doraemon lalu meminta berbagai alat hanya agar “kekayaan negeriku ini bisa dinikmati para penduduknya”. Aku juga miris melihat kenyataan yang ada kenapa ada kakek-kakek yang mengais sampah, kenapa ada nenek-nenek yang meminta-minta, kenapa ada orang yang tidur di bawah jembatan, kenapa ada anak kecil yang tidak bisa sekolah, kenapa negeri ini punya banyak orang miskin, kenapa banyak yang menganggur, kenapa sekolah-sekolah tidak punya fasilitas yang baik, bahkan ada daerah terpencil yang tidak punya sekolah, kenapa  semua hal buruk terjadi di negeriku, kenapa banyak koruptor di negeriku, kenapa Malaysia bisa lebih maju, kenapa negara kecil Singapura bisa kaya padahal membuat lahan saja ia mengimpor pasir dan tanah dari Indonesia, kenapa nelayan miskin, hingga merambah lagi pada hal yang saat ini aku kenal dengan baik yang ada disekitarku yang selalu aku lihat setiap hari yang mengiris hatiku kenapa petani miskin, kenapa mereka begitu kurus, kenapa rumah mereka reot, kenapa baju mereka lusuh? Siapa yang bertanggung jawab?
      Dan itulah aku tergugah aku mau jadi petani yang cerdas karena sedikit sekali orang yang mau mebangung pertanian negeri ini. Kebanyakan orang ingin jadi ahli kesehatan dan guru. Tapi saat itu aku sudah memulai berfikir membangun negeri ini. Keinginanku didukung oleh pernyataan Negeri ini adalah negeri Agraris. Kalimat ini sering diucapkan oleh guru SDku tapi aku tidak tau sebesar apa potensi negeri ini jadi negara pertanian apakah sebaik menjadi negeri industri? Atau negeri pertanian jauh lebih berpotensi? Aku mencari jawaban itu memulai dengan memikirkan luas lahan yang lebih luas dari Jepang, Thailand, Philipina, Malaysia.  Dan aku mulai tau melalui pelajaran di perkuliahan yang tiap hari menyajikan ilmu-ilmu pertanian. Materi dosen, praktikum, presentasi teman-temanku, presentasiku, buku-buku pertanian yang aku baca, diskusi bersama kakak angkatan, perbincangan sederhana dengan teman, sawah-sawah yang aku lewati, perkebunan yang aku datangi, kawasatan agrowisata yang sukses menginspirasiku memberikan jawaban atas pertanyaanku. Sebesar apa potensi negeri ini jadi negeri pertanian? Jawabannya teramat sangat besar. Melebihi potensi lainnya. Negeri ini pantas menjadi negeri agraris. Tak terukur karunia Allah yang diberikan negeri ini untuk menjadi negeri pertanian. Sayangnya belum banyak yang memanfaatkan potensinya.

3.      Ada pengusaha sukses Alumni Fakultas Pertanian Universitas Jember.
      Ya pak Edi pemilik Agrokusumawisata. Ia adalah salah satu pengusaha pertanian yang sukses dengan kebun petik apelnya dan juga memiliki berbagai bisnis lainnya. Adanya pengusaha sukses alumni sekolah kita tentu membuat kita termotivasi. Mungkin ada intuisi yang berkata saat itu, ternyata menjadi pengusaha pertanian juga bisa kaya? Kalau dia bisa mungkin aku bisa.
   Nama Pak Edi sering dijadikan contoh saat ada presentasi di kelas. Entah matakuliah kewirausahaan, produksi tanaman, mungkin dalam mata kuliah yang ditempuh kakak angkatan seperti pertanian organik, pertanian berkelanjutan. Ia jadi panutan dan sosok yang menginspirasi. Akupun terinspirasi. Aku mau jadi pengusaha sukses seperti dia. Aku mau menerapkan ini di kota kelahiranku yang belum terjamah polusi, yang asri, dan sejuk. Aku mau membangun pertanian yang belum menjadi prioritas, punya sekolah pertanian, mengayomi petani, melihat petani di daerahku gemuk-gemuk. Tidak ada rumah reot lagi. Tidak ada kakek-kakek pengais sampah lagi. Tidak ada yang putus sekolah lagi. Tidak ada yang kekurangan gizi lagi. Tidak ada yang sakit parah dan tidak punya uang untuk berobat. Aku menyediakan semuanya karena kesuksesanku di bidang pertanian.

Semua alasan ini membuatku bercita-cita jadi petani. Aku tau jadi petani tidaklah mudah. Aku tau banyak ancaman yang ada. Tapi aku juga tau tidak sedikit orang yang sukses ada di bidang ini. Oleh karena itu aku mau menjadi seorang petani sukses yang suatu hari nanti juga dapat menginspirasi orang lain.


Semua profesi adalah baik ketika kita berusaha agar kita bermanfaat bagi orang lain

Jember, 7 May 2013


Rani Susanti