Pagi ini aku tidak shalat shubuh, lebih tepatnya beberapa
hari ini aku bangun di atas jam 6 pagi. Bukan karena aku tidak melakukan
kewajibanku tapi memang aku tidak dizinkan shalat. Mungkin periode bulanan ini
memang yang menjadi salah satu alasan daya tahan tubuh menurun dan diserang
batuk sampai 1 minggu.
Semalam aku
menghabiskan waktu menemani rapat acara HMPS untuk big event mereka sampai jam
11 malam. Untuk tubuh yang sudah lemah karena sakit ditambah pulang larut
alhasil aku benar-benar kelelahan dan tidur hingga jam setengah 7 pagi.
Sebenarnya aku sempat bangun jam set 5 untuk mematikan alarm shalat shubuh lalu
tertidur lagi untuk melanjutkan mimpi. Mimpi kali ini sangat berbedadengan
mimpiku sebelumnya. Tentu saja seperti judul tulisanku kali ini, aku bermimpi
bertemu dengan alm Bapak.
Bapakku hadir dengan senyum yang merekah di atas sepeda
motor bututku. Ia sudah menderukan motor seakan bilang “ayo naik, bapak dan
motor sudah siap membawamu”. Lalu aneh bin ajaib, motor itu berubah jadi Revo
dan kemudian berubah lagi jadi motor yang lebih keren “Harley”. Mungkin karena
mimpi, semua jadi aneh, khayal, dan tak masuk akal. Meskipun demikian semua
orang tetap suka bermimpi mungkin karena aneh dan khayalnya itu. Bapak
memboncengku dengan senyum tak berkurang dari wajahnya. Aku tak merasa ia sudah
tiada dalam mimpi itu. Bagiku ia selalu hidup dan ada menemaniku di dunia ini.
Tak ada kesedihan dalam mimpiku, aku memeluknya yang memboncengku melewati
berbagai kendaraan dan melewati teman-temanku yang baik mobil elf. Mereka
terkejut melihatku bersama seseorang yang asing bagi mereka. Mereka pun
bertanya “Siapa itu Ran”. Masih di atas sepeda motor aku melambaikan tangan
pada mereka dan tanganku yang lain menunjuk Bapak dan berkata “My Father”
dengan sangat bangga. Entah kenapa aku begitu bangga mengenalkan Bapak didepan
teman-temanku. Mungkin, walau dalam mimpi aku tidak merasa dia telah di dunia
yang berbeda tapi hatiku mungkin tau “aku tak pernah bisa mengenalkan bapak
kandungku pada teman-temanku tapi tiba-tiba saja aku bisa”. Mungkin karena itu
aku sangat bahagia. Bapak tersenyum senang ketika aku mengenalkannya pada
teman-temanku. Namun aku dan bapak tetap melaju dan aku masih memeluk bapakku
yang memakai Jaket Hitam favoritnya.
Aku tak pernah memeluk dia seerat itu dulu. Aku tak pernah
merasakan sayangku sebesar itu dulu. Aku sangat menyayanginya. Andai itu bukan
mimpi.
Harley kami masih melaju, mimpi ini belum berakhir. Di
perjalanan panjang yang naik turun seperti medan kota Ruteng, ada peternakan
bebek yang sangat luas yang kami lewati. Bebek-bebek itu sangat banyak dan
bersih, sehat, dan tambun-tambun. Aku berteriak kegirangan sampai salah
menirukan bunyi bebek dengan “petok-petok”. “bapak bebeknya sehat ya
petok-petok” kataku pada Bapak. Bapak tertawa, “Iya nanti bapak ajari masakan
bebek yang enak”. “Benar ya pak?” Bapakku masih tertawa-tawa dengan
meyakinkanku dengan resep masakannya.aku memeluknya senang.
Sayangnya, mimpiku harus berakhir. Mataku terbuka, jendelaku
telah diterangi cahaya matahari. Aku melihat diriku yang terbaring di atas
kasur dengan selimut merah hati dan tubuh yang menekuk. Aku baru saja terbangun
dari mimpi indah. Nafasku terisak mengingat semua itu adalah mimpi. Sakit
rasanya jantungku harus bertemu dengan kenytaan. Aku merindukannya sangat
dalam. Aku ingin bercerita kepadanya tentang kuliahku, cita-citaku, mama, kakakku, adikku, nenekku, saudaraku, bahkan hingga pria lucu dan bijaksana yang
aku suka tapi sangat menyebalkan. Aku ingin cerita semuanya, ingin digoncengnya
seperti di dalam mimpi, ingin memeluknya dengan erat. Ingin mengenalkannya pada
semua orang “Ini Bapakku. Bapakku yang paling sayang sama aku. Bapakku yang
hebat, yang tabah, yang tampan, yang sangat mencintai anak-anaknya”. Kututup
tangisanku dengan alfatihah untuknya.
Semoga ia bangga dengan memilikiku karena kebaktianku
pada-Nya.
Bapak, Rani Rindu 25 febuari 2015