Wednesday 25 February 2015

Bapak, Rani Rindu

Pagi ini aku tidak shalat shubuh, lebih tepatnya beberapa hari ini aku bangun di atas jam 6 pagi. Bukan karena aku tidak melakukan kewajibanku tapi memang aku tidak dizinkan shalat. Mungkin periode bulanan ini memang yang menjadi salah satu alasan daya tahan tubuh menurun dan diserang batuk sampai 1 minggu.
Semalam  aku menghabiskan waktu menemani rapat acara HMPS untuk big event mereka sampai jam 11 malam. Untuk tubuh yang sudah lemah karena sakit ditambah pulang larut alhasil aku benar-benar kelelahan dan tidur hingga jam setengah 7 pagi. Sebenarnya aku sempat bangun jam set 5 untuk mematikan alarm shalat shubuh lalu tertidur lagi untuk melanjutkan mimpi. Mimpi kali ini sangat berbedadengan mimpiku sebelumnya. Tentu saja seperti judul tulisanku kali ini, aku bermimpi bertemu dengan alm Bapak.

Bapakku hadir dengan senyum yang merekah di atas sepeda motor bututku. Ia sudah menderukan motor seakan bilang “ayo naik, bapak dan motor sudah siap membawamu”. Lalu aneh bin ajaib, motor itu berubah jadi Revo dan kemudian berubah lagi jadi motor yang lebih keren “Harley”. Mungkin karena mimpi, semua jadi aneh, khayal, dan tak masuk akal. Meskipun demikian semua orang tetap suka bermimpi mungkin karena aneh dan khayalnya itu. Bapak memboncengku dengan senyum tak berkurang dari wajahnya. Aku tak merasa ia sudah tiada dalam mimpi itu. Bagiku ia selalu hidup dan ada menemaniku di dunia ini. Tak ada kesedihan dalam mimpiku, aku memeluknya yang memboncengku melewati berbagai kendaraan dan melewati teman-temanku yang baik mobil elf. Mereka terkejut melihatku bersama seseorang yang asing bagi mereka. Mereka pun bertanya “Siapa itu Ran”. Masih di atas sepeda motor aku melambaikan tangan pada mereka dan tanganku yang lain menunjuk Bapak dan berkata “My Father” dengan sangat bangga. Entah kenapa aku begitu bangga mengenalkan Bapak didepan teman-temanku. Mungkin, walau dalam mimpi aku tidak merasa dia telah di dunia yang berbeda tapi hatiku mungkin tau “aku tak pernah bisa mengenalkan bapak kandungku pada teman-temanku tapi tiba-tiba saja aku bisa”. Mungkin karena itu aku sangat bahagia. Bapak tersenyum senang ketika aku mengenalkannya pada teman-temanku. Namun aku dan bapak tetap melaju dan aku masih memeluk bapakku yang memakai Jaket Hitam favoritnya.
Aku tak pernah memeluk dia seerat itu dulu. Aku tak pernah merasakan sayangku sebesar itu dulu. Aku sangat menyayanginya. Andai itu bukan mimpi.
Harley kami masih melaju, mimpi ini belum berakhir. Di perjalanan panjang yang naik turun seperti medan kota Ruteng, ada peternakan bebek yang sangat luas yang kami lewati. Bebek-bebek itu sangat banyak dan bersih, sehat, dan tambun-tambun. Aku berteriak kegirangan sampai salah menirukan bunyi bebek dengan “petok-petok”. “bapak bebeknya sehat ya petok-petok” kataku pada Bapak. Bapak tertawa, “Iya nanti bapak ajari masakan bebek yang enak”. “Benar ya pak?” Bapakku masih tertawa-tawa dengan meyakinkanku dengan resep masakannya.aku memeluknya senang.
Sayangnya, mimpiku harus berakhir. Mataku terbuka, jendelaku telah diterangi cahaya matahari. Aku melihat diriku yang terbaring di atas kasur dengan selimut merah hati dan tubuh yang menekuk. Aku baru saja terbangun dari mimpi indah. Nafasku terisak mengingat semua itu adalah mimpi. Sakit rasanya jantungku harus bertemu dengan kenytaan. Aku merindukannya sangat dalam. Aku ingin bercerita kepadanya tentang kuliahku, cita-citaku, mama, kakakku, adikku, nenekku, saudaraku, bahkan hingga pria lucu dan bijaksana yang aku suka tapi sangat menyebalkan. Aku ingin cerita semuanya, ingin digoncengnya seperti di dalam mimpi, ingin memeluknya dengan erat. Ingin mengenalkannya pada semua orang “Ini Bapakku. Bapakku yang paling sayang sama aku. Bapakku yang hebat, yang tabah, yang tampan, yang sangat mencintai anak-anaknya”. Kututup tangisanku dengan alfatihah untuknya.

Semoga ia bangga dengan memilikiku karena kebaktianku pada-Nya.




Bapak, Rani Rindu 25 febuari 2015