TOURING
TO BROMO WITH ATTACT
12-13
Januari 2013
Pagi
ini aku sedang bersiap-siap untuk berangkat touring untuk yang ketiga kalinya. Dulu
aku sudah pernah turing ke Papuma dan Taman Nasional Baluran untuk yang pertama
dan kedua. Semuanya bersama ATTACT (Agriculture Traveling Community). Sekarang aku harus menyiapkan beberapa jaket
dan baju hangat karena tujuan kami kali ini bukan lagi pantai tapi alam pegunungan yaitu Bromo.
Aku
masih ingat waktu kecil aku pernah kesini bersama abangku, adikku, teman
abangku, dan almarhum ayahku tercinta. Sampai saat ini Bromo tetap menjadi
wisata yang indah. Dulu aku naik mobil dan aku adalah seorang penderita mabuk
darat. So aku tidak begitu memperhatikan pemandangan disepanjang jalan. Namun
kali ini bersama sekawanan ATTACT aku bisa menikmati pemandangan jalan tanpa
mabuk darat.
Seperti
biasa kami berkumpul di depan Perpustakaan Universitas Negeri Jember. Pagi ini
rasanya benar-benar berbeda. Tidak menyangka aku akan ke Bromo sekarang. Hanya dalam
bayanganku mengingat keindahan Bromo yang kurekam saat kelas 4 SD itu benar-benar
luar biasa indah. Do you know? It more than in my mind. Pemandangan itu sungguh
luar biasa indah. Aku bisa melihat bagaimana lereng yang curam ditanami sayuran
dengan rapinya. Berwarna hijau tertutup embun tipis-tipis dan sinar matahari
yang jatuh pada tanaman itu seluruhnya membias di mataku. Cahaya itu
berdasarkan hukum fisika tidak dipantulkan seluruhnya tapi berpendar karena ada
kabut. So what ever that it’s very amazing.
Keindahan
ini rasanya benar-benar menjadi surga. Aku dan para anggota ATTACT yang dari
kepanjangannya dapat diketahui kami anak pertanian tentu merasakan hal yang
sama. Bromo is heaven.
Setelah
disibukkan dengan praktikum dan laporan, dua hal yang selalu menghantui
hari-hari kami sekarang kami akan menikmati keindahan alam sebagai hadiah dan
imbalan atas kerja keras kami selama ini. Someone always tell to me Take it
easy with that. Well, semudah apapun itu tak akan lebih mudah dan indah
daripada touring bersama ATTACT. So for ATTACT big Thank to you all.
Keberangkatan
kami bersama-sama diawali dengan doa agar selamat sampai tujuan. Kemudian semua
mengambil posisi untuk berangkat, seperti biasa akan ada Leader yang memimpin
perjalanan ini. Mas Iqbal dengan motor besarnya akan membuka jalan pada kami. Di
tengah-tengah rombongan ini seperti biasa Doni dan Dede yang berboncengan dengan
motor besarnya selalu setia mengatur barisan kami. Membenarkan barisan yang
kurang rapi dengan rompi hijaunya. Bisa dibilang mereka polisinya ATTACT hehe. Di
bagian yang paling belakang ada Mas Teguh dan Mbak Femi untuk mereka aku beri
gelar couple teladan :D. Mereka adalah guardian “penjaga” barisan agar tidak
ada yang tertinggal.
Berbagai
aturan dalam turing benar-benar terkonsep rapi. Aku perjelas satu persatu. Jika
leader mengangkat tangan dengan satu jari itu tandanya kita harus menyalip
dengan formasi barisan satu per satu. Nah Leader disini ternyata dapat bagian
mengurus membuka jalan depan dan mengatur formasi dalam menyalip. Untuk polisi ATTACT
akan membenahi barisan, biasanya mereka akan mendekati barisan yang tidak rapi
mebuka tangan dan mengayunkan ke kiri itu artinya “Merapat ke pinggir”. Jika ia
mengangkat 2 jari itu artinya formasi barisan dua dua dalam bentuk zig zag. Jika
ia mengayunkan telapak tangan ke depan itu artinya “Merapat ke depan”. Jika mereka
membuka telapak tangan dan mengayun ke bawah itu artinya “pelankan lajumu” . Baik
untuk leader dan Polisi ATTACT akan mengangkat tangan yang tergenggam sebagai
tanda untuk “berhenti”.
Disini
aku paham tentang arti sebuah koordiansi, kadang tidak hanya diucapkan isaratpun
adalah sebuah koordinasi. Jika kita memahaminya dengan baik dan menuruti setiap
koordinasi dengan baik so hasilnya juga akan baik. Begitu pula dalam turing
ini, ada leader ada pengatur formasi (aku lupa nama resminya) dan ada guardian.
Mereka melakukan koordinasi tanpa suara tapi dengan isarat itupun bertujuan
agar semua selamat sampai tujuan tanpa adanya peristiwa yang tidak diinginkan
terutama laka lantas.
Perjalanan
menuju Bromo bermula dari Jember-Lumajang-Probolinggo. Sepanjang jalan
pemandangan rasanya lebih indah. Entah karena ini liburan, ini turing, atau
memang pemandangan yang indah. Apapun itu aku menikmati perjalanan ini. Apalagi
aku dibonceng jadi bisa melihat kemanapun aku mau. Terimakasih banyak kepada
Elfan sudah jadi penyetir yang baik. Terimaksih juga kepada lelaki-lelaki
tangguh yang sudah menyetir hampir 5 jam perjalanan menuju Bromo. You are
amazing!
Setiap
aku melihat ke samping, ke depan, ke belakang, semuanya adalah temanku. Perasaan
bangga menjalani turing ini tidak bisa dipungkiri. Ada kurang lebih 20 sepeda
motor yang mengikuti turing ini. Melintasi jalan yang padat bersama-sama,
menyalip bersama-sama, dan didokumentasikan orang-orang di pinggir jalan.
Kebersamaan itu memang luar biasa.
Sesampai
di pom Gunung Bromo ada perbedaan suhu yang sigifikan. Dingin itu yang pertama
kali aku rasakan. Tapi udara yang segar pemandangan yang indah mengabaikan rasa
dinginnya. Mungkin juga karena dinginnya tidak seberapa :D. Jalan di Bromo
cukup baik, walaupun berlubang tidak terlalu parah. Jalannya menanjak, berliku,
dan disampingya ada jurang-jurang yang dalam. Diawali dengan pemandangan
rumah-rumah di Bromo, villa, bangunan-bangunan BUMN, BUMS, dan lain-lain. Kemudian
aku disambut dengan lereng-lereng yang ditanami tanaman sayur-sayuran. Ya,
kalian pasti sudah tau ia hijau berkabut dan disinari matahari. Kawan, Its so
amazing. I love to look at them. Look how a shine have a beautiful things
almost in every part of them. Why shine can be so amzing? Why it always can
make my heart my mind so clear of the
problem that I have. It make me will always love the shunshine when it shine
the world.
Sesampainya
di villa kami sudah ditawari pedagang Sebo or Kerpus, Shall, Kaos Kaki yang
lengkap dalam keranjang sang pedagang. Sedikit kecewa aku tidak menawar dengan
kejam kali itu. Harga kerpus yang sebenarnya hanya 7 ribu terbeli 10 ribu. Harga
shall yang hanya 8 ribu terbeli 15 ribu. Dalam pikirku kali itu harga itu sudah
murah daripada di Jember. Ya.. hanya bermodal ingatan bodoh akhirnya aku
dibodohi pedangan. Tapi never mind hitung aja amal. Semoga uangnya bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh sang pedagang. Amin.
Sore itu masih sekitar set 3 so diputuskan
untuk mampir ke gunung Bromo. Sekedar pengisi wktu sore dengan melintasi padang
pasir dan foto-foto di bawah belum ke kawah. Karena ke kawah Bromo adalah
tujuan kami keesokan harinya. Kawan, perjalanan yang tadi hanya sebagai
intermezo mengenalkan keindahan alam bromo. Inilah Bromo keindahan alam yang
sesungguhnya. Bahkan saat kami melewati jalan turunan menuju padang pasir
pemandangannya membuat aku ingin berteriak dengan keras “Bromo I am coming”
atau “Kawan ini Bromo” atau sekedar “Yeaaah Bromo” atau hanya sekedar “Bromooooooooooooooo!!!”.
Tapi hasrat berteriak itu ternyata sudah disampaikan oleh temanku Jamal. So,
tidak perlu membuang energi lebih dalam. Terimakasih Jamal.
Sesampai
di padang pasir di antara pura di depan kawah dan di samping gunung bathok
tempat semua orang parkir kalau datang di Bromo yang juga menjadi tempat parkir
kami saat ini. Setiap pose, setiap keindahan, kami abadikan. Setelah memfoto
pasti ada teriakan “Bagus” atau “keren” atau “Lagi-lagi” atau “sekarang aku”
atau “aaaaaa (artinya wow)” atau “ayo sama kamu” atau “ayo bareng-bareng”. Kali
ini tidak ada yang bilang “hmm narsis” karena semuanya narsis :D.
Puas berfoto, teman-teman melakukan berbagai atraksi sepeda motor. Ini pengalaman
menyebalkan, memalukan, mengesankan, tapi juga seru J.
Aku juga ingin mencoba sesuatu. Menceritakan ini bagai mengiris hati sendiri. Tapi
ini juga bagian dari cerita. Semoga bisa mengambil pelajaran. Aku mencoba
mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dengan kemiringan tajam. Yah stupid
idea. Ini pasir. So aku terseok dan bruk! Jatuh. Kawan jangan ditiru. Ok.
Sebenarnya tidak hanya aku yang
mengalami insiden. Salah satu aggota touring juga mengalami patah rem tangan
setelah melakukan akrobatik bersama-sama. Itu rem depan. Tapi bukan menjadi
masalah besar bagi mereka. Ya.. Take it easy. Mereka tetap tertawa dan aku
juga. Entah rasanya setiap permasalahan selalu jadi mudah bersama teman-temanku
ini.
Sepulang
dari Bromo kami kembali ke villa. Sudah magribh. Para anggota touring melaksanakan
ibadah shalat maghrib. Villa kami tidak besar. Untuk itu teman-temanku shalat
berjamaah secara bergantian. Aku senang komunitas ini juga dilengkapi
orang-orang yang mencintai agamanya walaupun tidak semuanya.
Setelah
selesai shalat maghrib kami mulai mndiskusikan sesuatu yaitu mengenai menu esok
hari. Dari semua bahan yang ada akhirnya diputuskan malam ini kami makan mie
instan, besok pagi sarapan roti tawar, dan sesampai di lokasi kami makan nasi
dan lauknya sederhana sekali hanya telur tempe sarden dan sambal goreng tempe. Menu
kami tidaklah mewah tapi kawan aku tidak kelaparan walaupun setiap makan aku
tidak merasa kenyang. Kebersamaan ini lagi-lagi jadi alasan itu semua.
Setelah
semua selesai kamipun tidur. Untuk semua wanita dipersilahkan tidur di kamar
sedangkan pria bergantian tidur di ruang tamu dan sebagian lagi menjaga sepeda
motor. Mereka rolling setiap 3 jam, ada yang tidur dan berjaga. Aku benar-benar
salut pada mereka. Hampir seluruh anggota pria menyetir di pagi hari hingga
sampai ke bromo namun malamnya mereka harus begadang lagi. Mungkin benar aku
lebay atau alay karena aku benar-benar salut pada pengorbanan mereka.
Jam
4 pagi 13 Januari 2013 kami dibangunkan untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan pagi
ini adalah Penanjakan. Kata orang dari sana kami dapat melihat bagaimana
indahnya matahari terbit di bawah mata kami. Sunrise di penanjakan akan
terlihat di antara gunung bomo bathok dan awan. Tapi sayangnya lokasi penanjakan
berkabut sangat tebal dan beberapa motor matic teman kami tidak kuat mendaki
menuju Penanjakan. Tidak mengurangi sensasi Bromo. Kami bisa ke sana lain
waktu. Di bawah penanjakan kami mengabadikan beberapa foto yang viewnya bagus. Setiap
bagian dari Bromo memang menakjubkan.
Setelah
puas dari lokasi jalan menuju Penanjakan kami memutar dan menuju tempat yang
berbeda bukan ke kawah gunung Bromo tapi terus melewati kawah Bromo. Kemana ini?
Tanyaku dalam hati. So we will see. Aku terus menunggu, menanti dalam hati. Ada
apa di sana? Akankah tempatnya lebih indah dari yang sebelum-sebelumnya. Jujur aku
sedikit ragu. Aku pernah ke Bromo tau tentang penanjakan tapi tidak dengan
lokasi yang satu ini. Dan inilah tempat yang aku ingin tau itu. Kami sudah
sampai. Mataku memandang ke segala penjuru. Warna hijau cerah menyelimuti
perbukitan wilayah itu. Tumbuhan paku-pakuan tumbuh dengan suburnya. Sepanjang jalan
sebelah kiri dan kanan merupakan pemandangan gunung yang menakjubkan. Puncak gunung
yang berselimut awan bersinar. Mendung yang sedari tadi gelap kini mulai
membuka perlahan-lahan. Langit yang biru mulai tampak. Semuanya berpadu, indah,
dan menakjubkan. Keagungan Tuhan yang baru ku lihat ini hanya sebagian kecil
dari ciptaannya. Keindahannya benar-benar tanpa batas. Bromo you are very
amazing.
Ternyata tempat ini bernama
bukit Teletubies. Seperti dalam film Teletubies bukitnya berwarna hijau cerah
berlatar langit biru yang juga sangat cerah. Tapi bagiku bukit ini jauh lebih
indah dari bukit yang ada dalam film Teletubies.
Lama kami di sini berdiam diri, berjemur
setelah semalaman kedinginan, makan pagi, dan konser kecil duet maut sekawanan
anggota. Selebihnya juga ada yang berfoto-foto mencari bunga-bunga berwarna ungu dan merangkainya. Aku termasuk
yang berjemur saja. Hangatnya matahari di pegunungan ini benar-benar nyaman
rasanya. Aku tidak bisa mengunkapkan semua keindahan itu. Rasanya seprti di luar
negeri saja. Ternyata di Indonesia banyak sekali keindahan dunia yang sebnarnya
sama menakjubkannya dengan yang ada di luar negeri. Bahkan bisa lebih dari itu.
Sebenarnya
kami tidak pernah puas berada di bukit Teletubies. Rasanya ingintetap di sana
namun kami harus menuju lokasi berikutnya yaitu kawah Gunung Bromo. Perjalanan kami
menuju gunung Bromo bagiku adalah yang paling menakjubkan. Beberapa kawanan
memisah dengan tanpa sengaja menjadi tiga lalu kemudian menuju satu kawasan
yang sama dari tiga penjuru. Sejenak melihat kawah Bromo dari sisi sampingnya. Kemudian
kami melanjutkan perjalanan lagi.
Kawah
Bromo tujuan kali ini ternyata mencapainya benar-benar melelahkan. Ada tanjakan
pasir dan tanjakan tangga yang harus dilalui dengan berjalan kaki. Sesampai di
atas aku bisa melihat selruh padang pasir yang tadi aku lewati. Semuanya menakjubkan.
Sayangnya kami tidak berlama-lama di atas hanya sebentar menghilangkan lelah
mengamati kawah gunung Bromo dimana tempat itu adalah tempat pelemparan
sesembahan ketika upacara kasodo. Tidak lama kemudian kami kembali turun ke
bawah. Di tangga kami bertemu beberapa
bule. Langsung saja kami meminta foto bersama. Mereka rupanya juga
sangat senang dan ramah.
Bromo
adalah keindahan dunia. Kami bukanlah bikers, hikers, ataupun climbers. Hanya
sekumpulan makhluk Tuhan yang ingin mencari kebahagiaan hidup dan penikmat
kemegahan ciptaan Tuhan
--"Unity in Diversity"--
(kebersatuan dalam segala perbedaan) –By:
ATTACT (berdiri sejak 2012)-