Wednesday, 11 March 2015

Ujian Hidupku: Broken Home

Aku tidak begitu iri melihat teman-temanku memiliki harta yang banyak
Tapi aku sangat iri jika melihat mereka memiliki keluarga yang harmonis
Aku tidak begitu iri melihat teman-teman yang memiliki pasangan
Tapi aku sangat iri melihat pasangan paruh baya yang masih mesra dan membayangkan ayah dan ibuku juga bisa demikian adanya
Aku tidak begitu iri melihat teman-temanku sekolah di universitas ternama
Tapi aku sangat iri melihat mereka yang berprestasi walau dengan keterbatasan ekonomi
Aku tidak begitu iri pada mereka yang bangga dengan benda bermerk yang mereka punya jika itu masih pemberian orang tua
Tapi aku sangat iri pada mereka yang mampu hidup mandiri, membeli barang-barang bermerk, modis, cantik, hasil jerih payah mereka sendiri

Aku memahami jika setiap manusia sebelum ia diminta pertanggungjawabannya kelak harus melewati hidup di dunia beserta dengan ujiannya. Tak semua manusia memiliki ujian yang sama. Ada yang diuji lewat keluarga, ada yang diuji lewat karier, ada yang diuji ekonominya, ada yang diuji kesetiannya, ada yang diuji kesabarannya, ada yang diuji keimannanya, ketaqwaannya dsb. Mungkin, apa yang kita usahakan untuk melewati ujian itulah yang kelak akan dimintapertanggungjawabannya. Mungkin hal itulah yang kelak akan dipertanyakan seperti mengapa kau melakukan itu manusia-Ku? Jika alasan manusia tak berdasarkan karena-Nya, tak sesuai dengan perintah dan larangan-Nya maka manusia tersebut akan mendapat hukuman atas perbuatan-Nya. Allah yang maha tahu apa yang kita lakukan, yang maha tahu apa yang kita niatkan, yang maha tahu apa yang ada di dalam hati ini bahkan sebelum itu terucapkan oleh bibir kita adalah Zat yang kita tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun darinya. 

Karena itulah Allah mengatakan bahwa ia adalah Hakim yang seadil-adilnya. 
Tak perlu bukti. Tak perlu saksi.
Ia yang Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar 

Apapun ujian di dalam hidup ini, manusia memiliki waktu untuk berusaha melewatinya, memiliki kesmpatan untuk memilih jalan mana yang ia tempuh untuk melewati ujian itu. Bukan hasilnya namun prosesnya-lah yang akan dimintapertanggungjawaban oleh-Nya kelak. 

Seberapa kuat usaha kita agar melewati ujian tersebut tanpa sedikitpun melupakan-Nya, tanpa melanggar perintah-Nya?
Seberapa kuat usaha kita agar tetap berpegang teguh pada tuntunan-Nya?
Seberapa kuat usaha kita agar tidak tergoda dan terjerumus pada hal-hal yang dilarang-Nya?

Begitu juga dalam hidupku ini yang tidak lepas dari ujian
Aku memahami bahwa hidupku diuji pada ketidakharmonisan keluarga yang membesarkanku
Aku diuji dalam menyikapi kehancuran rumah tangga ayah ibuku
Aku diuji bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa menjerumuskanku pada kufur nikmat

Aku pernah berbicara dan berpesan pada beberapa kawan
Kelak kalau kau menikah, jangan sampai berpisah, yang mendapatkan dampak buruk terbesar dari perisahanmu adalah anak-anakmu kelak

Aku menyadari bahwa beberapa hal yang tidak aku miliki ternyata membuat penyimpangan psikologis yang begitu besar di dalam diriku
Broken home adalah penyebab aku tidak memiliki apa yang harus aku miliki, dan mungkin broken homelah yang merupakan salah satu penyebab terbesar ketidaksehatan psikologisku hingga saat ini
Namun aku terus mendiagnosanya secara pribadi yang juga aku tulis tahapannya di blogku ini, yang aku cari obatnya agar aku bisa menjadi manusia dengan psikologis yang sehat

Dibesarkan dalam kehancuran rumah tangga membuatku kekurangan perhatian, kasih sayang, pujian, rasa aman, percaya diri
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "keluarga yang sedang makan bersama" di ruang makan
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "ibu yang sedang memasak untuk keluargaku" di dapur
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "ayah dan ibu yang mesra" di dalam rumah
Broken home membuatku tidak memiliki waktu "bersama ayah dan ibuku setiap harinya"
Broken home membuatku tidak memiliki waktu "diperhatikan, dinasehati, diberi support saat aku lemah, dsb"

Broken home membuatku tak menjadi pribadi yang baik
Aku keras kepala sekeras "pertengkaran ibu dan ayahku" yang jadi pemandangan sejak aku kecil
Aku egois seegois "ayah dan ibuku yang beradu argumen tanpa mau mengalah satu sama lain"

Broken home mendidikku menjadi pribadi yang buruk

Tapi, aku tak menyesali jalan hidupku
Aku tau ini adalah bagian dari ujian hidup
Aku tau setiap manusia akan diuji dengan ujian yang berbeda
Mungkin ujianku adalah hidup dan dibesarkan dalam ketidakharmonisan keluarga

Aku menyadari semua ini dengan seiringnya waktu berjalan
Dengan menatap keharmonisan keluarga teman-temanku
Dengan menyelimuti malam dengan tangisan kerinduan keharmonisan keluarga
Dengan menatap kebaikan psikologis anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang hangat, lengkap, dan penuh rasa syukur
Dengan mengamati semua itu dengan rasa rindu luar biasa dan air mata yang tak terelakkan jatuhnya

Aku iri pada semua itu

Tapi, aku tak menyalahkan ayah dan ibuku
Aku tak berandai jika mereka harmonis
Aku tak berandai jika mereka tetap bersama
Aku tak melihat masa lalu
Tak ada gunanya berandai, waktu hanya bisa sekali dilalui karena tidak akan ada jalan untuk melaluinya kembali
Aku hanya memahami jika Allah memberi kekuatan-Nya pada ku, Allah memberi kasih sayang-Nya setiap waktu, Allah memberi kesabaran padaku, Ia juga memberiku banyak kebahagiaan walau tanpa keharmonisan keluarga, Ia mengajarkanku kuat dan tak melihat masa lalu, memberi harapan agar aku dapat memperbaiki diri dan memiliki kebaikan masa depan, Ia memberiku kesempatan untuk melihat kekurangan ini dengan "positif thinking", Ia memberiku kesempatan untuk berfikir lebih dalam dan mengambil langkah yang lebih baik ke depannya "agar psikologisku bisa sehat, agar keluargaku terus bahagia, agar keluargaku kelak tak mengalami hal yang sama". Ia ada di setiap langkahku, setiap susah dan senangku, sehat dan sakitku, menemaniku untuk melewati ujian hidup ini. 

Aku tidak menyesali kekurangan dalam hidupku ini
Aku terus mendapat mukzizat dari-Nya untuk terus menjalani hidup
Teman-teman yang baik, ibu yang kuat, pengalaman-pengalaman yang tak terduga

Aku terus berusaha bersyukur, menghibur hatiku dengan segala nikmat yang aku punya, agar tidak terpuruk dalam kekufuran nikmat yang menjauhkanku pada-Nya

Aku sadar aku belum mencapai keharmonisan hingga hari ini
Tapi aku tidak berhenti berusaha untuk mencapai keharmonisan itu
Dengan terus berusaha, dengan terus bersyukur, dengan terus berjuang dan menikmati semua proses ini dengan bijak


Tulisan ini terinspirasi dari doa ibuku agar kami yang hidup di belahan bumi yang berbeda dapat kembali bersatu, menjalani hidup dengan bahagia, sebahagia masa kecilku yang suka nonton film India, menari-nari bersama ibu, menunggui ibu dan nenek memasak, merengek2 meminta mainan, begitu bahagia jika diajak jalan-jalan keluar kota bersama ayah dan ibu, merengek makan direstoran walau aku masih demam, berlari-larian di dalam rumah bersama adekku, mencoreti dinding dengan pensil warna dan membuat ibuku marah2, mengambil make up ibu dan bersama kakak perempuanku bermain fashion-fashionan, mengambil sapu lidi untuk bermain perang-perangan dengan kakaku yang endingnya kita perang beneran sambil kejar-kejaran menaiki kasur, sofa, pekarangan rumah, mengajak ayahku berdua saja untuk mampir ke toko "Sejati" membeli es krim, snack, dan mainan baru, diam2 meminta uang nenek untuk beli majalah bobo karena ibuku tak pernah memberiku uang untuk beli majalah. Semua masa kecilku itu yang walaupun nakal membuat ibuku tetap rindu pada masa itu. Masa kami semua masih bersama dan bersatu.

Ibu, bersabarlah, aku sedang berjuang menjadi anakmu yang baik, aku sedang berjuang menjadi seorang yang berilmu agar dapat membahagiakanmu, aku tidak menyesal menjadi anakmu, aku tidak menyesal untuk hidup dalam keluarga broken home ini, aku tidak menyesal memilikimu dan bapak, aku sangat menyayangi kalian, biar surga jadi tempat kita semua kembali bersatu, biar surga jadi tempat keharmonisan keluarga kita kelak, di dunia yang fana ini hidup memang tidak sempurna ibu, jangan kau sesali, jangan kau tangisi, setiap manusia memang selalu di uji dan Allah ingin melihat usaha kita, mari kita berusaha untuk agar hidup kita dapat lebih baik lagi, mari kita berusaha untuk memiliki keluarga yang harmonis, agar kebahagiaan ini semakin sempurna, agar kita dijauhkan dari sifat kufur nikmat, bahagialah ibuku, bahagialah selalu, aku sangat mencintaimu, mencintaimu karena Allah 

4 comments:

  1. masya Allah menyentuh sekali
    :') saya mersakan betul cerita ini karna saya juga broken home sejak masil balita :')

    ReplyDelete
  2. Masya Allah sungguh cerita yang menyayat hati:') Kita yang merasakan broken home Adalah orang" yang kuat..
    Tetep semangat ya :') Allah Akan menggantikan Keluarga kita di surga Menjadi lebih indah lagi.

    ReplyDelete