Tuesday, 22 May 2018

Review TV Series Barat: Lucifer, Malaikat yang Terbuang



Malam2 mau review Tv Series Barat ah, mumpung melek akibat minum kopi disela-sela ngerekap orderan @kaosraglanmurah

Tulisan ini di sponsori oleh @kaosraglanmurah, kenapa di sponsori @kaosraglanmurah? Karena bisa beli kopinya hasil jualan @kaosraglanmurah :D Cek Ig @kaosraglanmurah ya yang mau order hehehe

Sejarah Suka TV Series Barat disela-sela suka Drama Korea

Belakangan ini lagi suka sama TV Series Barat, gara-gara dulu pernah iseng nonton TV Series Barat yang judulnya "Lucifer". (Walaupun sekarang suka TV Series Barat tapi aku tetep suka Drama Korea. Keduanya punya keunikan masing-masing dan daya tarik masing-masing yang bikin candu). Nonton Lucifer sebenarnya nggak sengaja. Bukan saran dari siapaun. Waktu itu lagi nyari video Lucifer by KPOP Shinee sekitar tahun 2016an. Aku search nya di google bukan youtube langsung hehe. Ternyata yang keluar Lucifer TV Series Barat. (Bisa di coba search kata "Lucifer" di google). Di halaman pencarian google itu yang muncul si mas-mas Lucifer Morningstar yang ganteng banget. Kepo karena lihat mas "Lucifer Morningstar" yang ganteng itu tampil di halaman pencarian google. Aku klik deh. Ternyata itu TV Series Barat. Nyoba nonton episode pertama, ternyata kecanduan. Film nya bagus banget. Dari situlah aku kenal TV Series Barat. Tidak terasa sudah 3 tahun aku ngukutin TV Series Lucifer. Setiap tahun ada masing-masing season yang terdiri dari 18-20an episode. Karena sampai sekarang sudah tayang sampai Season ke-3. berarti sudah ada 60an episode yang tayang.

Percaya dah walaupun itu film Barat yang terkenal dari dunia barat yang identik dengan keatheisannya, jauh dari perilaku beragama yang percaya pada Tuhan. Film Lucifer ini benar-benar mengingatkan kita pada agama masing-masing untuk percaya bahwa kadang ada takdir yang tidak sesuai harapan kita bukan karena Tuhan tidak menyukai kita tapi karena itu bisa jadi sebuah pelajaran agar kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Pesan moral yang aku tangkap sih itu ya. Itu juga yang membuat aku jatuh cinta sama film ini. Kadang kita menyukai sesuatu yang belum tentu menurut Tuhan itu baik untuk kita, namun bisa jadi kita tidak menyukai sesuatu yang sebenarnya menurut Tuhan itu baik untuk kita.

Lucifer TV Series Genre fantasy

TV series Barat yang satu ini masuk dalam kategori Fantasy. Karena mengisahkan seorang "Lucifer" si Raja Iblis atau penjaga neraka yang semula adalah Malaikat di surga namun karena ia membuat kesalahan ia dibuang ke neraka dan tidak pernah diijinkan kembali ke surga. Namanya film ya, si Lucifer ini akhirnya bosan dengan takdirnya dan dia marah pada Tuhan karena Tuhan menempatkan dirinya di neraka. Dia pun meninggalkan neraka, membangkang dari tugas yang diberikan Tuhan untuk menjaga neraka. Ia pergi berlibur ke bumi. Pada saat ia di bumi itulah dia mengenal seorang detektif wanita yang sangat menarik perhatiannya. Kenapa tertarik? Jelas bukan karena sekedar kecantikan si detektif yang bernama Chloe ini. Kalau hanya sekedar cantik, Lucifer bisa mendapatkan belasan wanita cantik dalam semalam karena "Lucifer adalah iblis yang tampan dan kaya raya". Dia jatuh cinta pada chloe karena chloe punya keistimewaan yaitu kebal dari kemampuan iblis si Lucifer. Lucifer menjadi penasaran kenapa ada manusia yang bisa kebal dari kemampuan supernya secara dia raja iblis salah satunya kemampuannya menaklukan hati para wanita. Karena penasaran itu, ia pun terus mendekati si detektif wanita tersebut. Ia juga tertarik membantu si detektif untuk menangkap para kriminal-kriminal. Film ini pun menyuguhkan misteri-misteri pembunuhan yang akhirnya dipecahkan oleh Lucifer dan sang detektif. Lucifer biasanya akan menggunakan kemampuannya "menghukum para penghuni neraka" dengan menghukum jiwa-jiwa kriminal itu. Bukan hukuman fisik. Hukuman fisik para kriminal itu adalah penjara.

Iblis yang Jadi Konsultan Di Kepolisian :D

Luciferpun akhhirnya ketagihan untuk menangkap para kriminal, menghukum para pendosa. Kalau biasanya dia bekerja di neraka sekarang dia bekerja di bumi. Ia pun bekerja di kepolisian sebagai konsultan. Lagi-lagi ini film ya. Begitulah film, iblis bisa jadi konsultan kepolisian :D Berkat kehadiran Lucifer, Chloe memiliki partner yang baik. Mereka bekerja dalam tim dan berhasil mengungkap kasus-kasus pembunuhan penuh misteri.

Kisah Romance Iblis dan Manusia




Karena sering membantu si detektif dan karena ia sudah tertarik pada detektif sejak awal, Lucifer pun sadar ia jatuh cinta pada detektif. Namun yang menyebalkan adalah 2 tahun aku ngikuti TV Series ini. Lucifer belum pernah menyatakan cinta pada detektif. Kesel banget kan. 2 tahun dibuat menunggu. 

Tapi, Kenapa Lucifer tidak pernah menyatakan cintanya, itu terungkap dalam season ke-3. Lucifer takut, bahwa Chloe si detektif tidak akan pernah menerima Lucifer yang sebenarnya adalah iblis. Bukan, bukan sekedar iblis tapi raja dari para iblis. Ketakutan Lucifer pada penolakan Chloe atas dirinya yang sebenarnya membuat dia bungkam akan perasaannya. Ia hanya berusaha menjaga hubungan nya dengan Chloe tetap baik sebagai rekan kerja. Ia tidak mau semua berakhir hanya karena ia menyatakan perasaanya.

Kehadiran Orang Ketiga



Karena tidak kunjung mengungkapkan perasaanya, munculah orang ketiga dalam hidup mereka. Letnan Pierce, letnan yang baru saja dipindahkan ke kepolisian tempat Chloe bekerja. Pierce adalah pria tampan, mapan, dan jatuh cinta pada Chloe. Chloe pun ada hati pada Pierce. Hal ini aku yakin karena ketidakjelasan hubungannya dengan Lucifer membuat ada celah di hati Chloe untuk pria lain. Konflik batin Lucifer pun dimulai. Aku kira Lucifer yang patah hati akan berbuat onar ya. Secara dia raja iblis pasti emosional dan pemarah. Aku kira dia  akan membunuh pria itu, karena Chloe juga menyambut perasaan pria itu. Atau Lucifer akan membuat kerusakan di dunia karena satu-satunya wanita yang dicintainya ternyata mencintai laki-laki lain. Tapi kalau di film, iblis juga punya hati ya wkwkwk, sebenarnya bukan murni iblis sih karena Lucifer adalah mantan malaikat yang dihukum menjadi raja iblis di neraka.

Sebenarnya Chloe juga mencintai Lucifer tapi karena Lucifer tidak pernah mengungkapkan perasaanya. Chloe pun menerima pria lain yang hadir di hidupnya. Wanita mana yang sanggup menolak pria mapan, cerdas, dan juga tampan. Satu lagi mencintai wanita itu dengan tulus.  Apalagi pria yang dicintainya ‘Lucifer’ tidak pernah memberi kejelasan, Lebih baik dengan yang pasti-pasti saja ya kan? Apalagi itu pria yang sempurna.

Menghadapi kenyataan pahit ada nya orang ketiga dalam hubungannya jelas Lucifer tidak bisa menerimanya. Cemburu, jelas. Berusaha memisahkan mereka berdua jelas sudah dilakukan. Tapi akhirnya Lucifer sadar, dengan kelemahannya, dengan kenyataan bahwa dia adalah iblis, dia tidak pantas untuk Chloe dan Chloe berhak untuk bahagia. Diapun merelakan Chloe bersama pria lain. Kalau kata armada "Asal Kau Bahagia". Aneh ya ada Iblis bisa ikhlas wkwkwk. Namanya juga film. Tapi itu bukan ending ya. Pada akhirnya dengan segala kerumitan yang ada, Chloe dan Pierce pun putus. 

Kesempatan Kedua



Lucifer pun memiliki celah untuk masuk kembali dan memperbaiki hubungannya dengan Chloe. Ia pun mengungkapkan perasaanya yang dalam dan ketakutannya pada Chloe yang tidak bisa menerimanya apa danya. Lucifer sering mengatakan bahwa ia adalah iblis. Tapi, seorang Chloe yang manusia biasa tidak pernah percaya bahwa kata “iblis” yang dimaksud Lucifer adalah iblis yang sesungguhnya. Bagi chloe kata “iblis” hanyalah kiasan bahwa Lucifer pernah menjadi seseorang yang jahat namun sejauh yang Chloe kenal Lucifer bukan orang jahat. Mereka pun menjadi partner kembali. Bukan sekdar partner kerja namun partner yang salin mencintai. Gampangnya mereka pacaran. Saat mereka sudah bisa menerima satu sama lain saat mereka sudah menjalin hubungan lebih dari sekedar teman. Saat itulah konflik besar terjadi. Mereka bertugas bersama menagkap penjahat, saat Lucifer menghukum sang kriminal. Saat itulah tiba-tiba tanpa Lucifer sadari ia mengeluarkan wajah iblis yang dimilikinya di depan Chloe. Chloe pun terkejut dan sayangnya bersambung. saya pun belum melihat kelanjutannya.

Nb: cerita TV Series Lucifer ini jauh lebih kompleks dari yang aku ceritakan. Pesan moral yang ada juga sangat banyak. Kisah yang diungkapkan bukan hanya tentang Chloe dan Lucifer tapi banyak kisah para pemain pendukung juga. Semuanya punya keunikan. Namun, biar lebih ringkas aku ceritakan intinya saja. Satu hal lagi yang tidak bisa dihindari tentang film Hollywood yaitu kehidupan bebas di barat. Dan di Lucifer ini ada episode yang menjelaskan bahwa kesenangan duniapun ada batasnya. Jika kita melebihi batas itu bukan kesenangan lagi yang kita dapatkan tapi kebosanan dan kehampaan. Karena itu bersenang-senanglah dalam batas yang wajar. Namun kesenangan yang sesungguhnya adalah kebahagian dalam hidup yang penuh kedamaian bukan kesenangan akan kehidupan bebas dan dunia malam. Sesungguhnya orang yang terjebak dalam kehidupan bebas dan dunia malam adalah mereka yang hidupnya tidak seimbang. Mereka kesepian dan mencari kesenangan yang menyimpang yang sebenarnya tidak benar-benar memberi kebahagiaan hati mereka. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah kedamaian di dalam hati. Kesimbangan dalam kehidupan yaitu dengan berbuat baik pada orang lain, menjaga keharmonisan keluarga, jujur dan menghindari perbuatan keji.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalau boleh dikaitkan sedikit dengan agama, agama adalah pedoman dan pegangan hidup yang sangat baik. Jika kita berpegang teguh pada agama, bagaikan kita berpegangan pada tali yang sangat kuat saat kita melalui lika-liku hidup ini. Saat kita melewati jalan yang licin, selalu ada tali yang akan menahan kita untuk tidak terjatuh.

Saat kita merasa hampa dan sulit dalam hidup, kita dianjurkan untuk menenangkan diri dengan Shalat Malam. Kta dianjurkan untuk datang ke pengajian, mendengarkan ceramah, untuk mencerahkan pikiran dan mendamaikan hati. Pada akhirnya anjuran agama ini membuat kita menjadi lebih sabar dan tenang. Dengan ketenangan tersebut akhirnya kita bisa berfikir jernih dan menyelesaikan setiap kesulitan hidup kita. Kita bisa berjalan lagi mengahadapi jalan yang licin tanpa tergelincir dengan berjalan perlahan dan tenang karena kita berpegang pada tali yang sangat kuat. Kita pun berhasil melewati jalanan yang licin itu tanpa tergelincir dan melukai tubuh kita.

Namun jika kita dalam kesulitan hidup dan kita melampiaskannya dengan bermaksiat,. Masalah kita akan tetap ada. Kita tidak akan pernah selesai dengan masalah-masalah kita. Sebaliknya kita akan jatuh dan terluka karena masalah tersebut. Ibarat melewati jalanan licin, bukannya berjalan dengan penuh kehati-hatian kita malah berjalan sesuka hati tanpa pegangan apa-apa kitapun terjatuh dan terluka. Jika saat jatuh kita mencari tali yang kuat dan berusaha bangkit maka kita bisa melewati jalan yang sulit itu. Namun, jika kita terus bermaksiat, kita tetap terjatuh dan terluka kita tidak akan pernah sembuh dan tidak melanjutkan perjalanan hidup ini dengan lebih baik. Kita tidak pernah bangun dan melanjutkan kehidupan, kita terus terjebak dalam jalan yang licin itu.

Kalau saya suka mengambil pesan moral dari sebuah film yang kemudian teringat pada anjuran-anjuran agama. Karena saya Islam saya teringat pada agama Islam. Saya semakin yakin sebenranya agama itu ada bukan karena Tuhan butuh untuk kita sembah tapi karena Tuhan tau. Kita sang manusia membutuhkan pedoman dan pegangan hidup untuk melewati lika liku hidup yang tak selamanya berjalan mulus. Agar manusia bisa mencapai tujuannya dengan selamat maka dibutuhkan agama sebagai pedoman dalam perjalanan hidup ini.

(Next Writing)

The Good Doctor : TV Series Barat (TV Series Hollywood)  yang salah satu episode nya menyinggung Terorisme yang dikaitkan dengan Agama Islam

Sunday, 14 February 2016

Taare Zamen Par
(Bintang kecil di Bumi )


Senin, 8 febuari 2016

            Habis nangis nonton film ini jadi pengen buat reviewnya sedikit. Ini adalah salah satu film India yang sangat menginspirasi. Setelah sukses dengan film Three Idiot, Amir Khan kembali bermain lagi dalam film yang bertemakan inspirasi dan motivasi seperti Three Idiot yaitu Taare Zamen Par. Selain jadi aktor di film ini, Amir Khan juga jadi produser serta sutradaranya.
            Film ini awalnya cukup membosankan karena sudah selang satu jam Amir Khan belum muncul-muncul. Jalan ceritanya juga belum tertebak kemana arahnya. Baru setelah satu jam 10 menit, Amir Khan muncul sebagai guru seni yang menggantikan posisi guru seni tetap di sebuah sekolah asrama untuk sementara waktu. Di sekolah itu ada seorang anak penderita diseleksia. Anak tersebut bernama Ihsaan. Ihsaan adalah murid pindahan. Ia sempat disekolahkan di sekolah biasa (bukan asrama) sebelumnya, namun karena tidak bisa membaca dan menulis, Ihsaan selalu tertinggal dalam berbagai pelajaran. Ia sudah tidak naik kelas satu kali saat berada di kelas 3 dan terancam tidak naik kelas lagi ditahun tersebut. Orang tua Ihsaan selalu mendapatkan keluhan tentang perilaku Ihsaan dari orang-orang. Semua guru Ihsaan mengatakan bahwa Ihsaan adalah anak yang malas dan nakal di kelas. Tetangga mengeluh karena Ihsaan sangat nakal dan kerap bertengkar dengan anak mereka. Ihsaan juga pernah meninggalkan jam sekolah untuk bolos dan menghabiskan waktunya berjalan-jalan keliling kota sendirian. Akibat perbuatannya itu, ia dihukum untuk sekolah di asrama agar tidak nakal lagi dan bisa pandai seperti kakaknya Yohan yang selalu jadi juara kelas.
            Rupanya masalah Ihsaan tersebut tidak teratasi ketika ia pindah ke asrama. Kedisplinan yang diterapkan di asrama membuat jiwanya semakin tertekan. Ia tetap dicap sebagai anak bodoh karena ia tetap tidak bisa membaca dan menulis. Semua guru memarahinya dan teman-teman mengejeknya. Karena hal itu, Ihsaan menjadi depresi, suka merenung, dan berhenti melukis. Padahal, sebelumnya Ihsaan sangat suka melukis dan sangat pandai melukis.
Suatu hari datang seorang guru seni pengganti yang menyadari kekurangan Ihsaan. Guru tersebut adalah Ram yang diperankan oleh Amir Khan. Ram menyadari bahwa Ihsaan sulit membedakan huruf ‘d’ dan ‘b’ dan juga sering terbalik dalam menulis huruf. Menyadari hal tersebut, Ram pun mendatangi orang tua Ihsaan dan memberi tahu orang tuanya bahwa alasan Ihsaan tidak memahami pelajaran adalah karena Ihsaan menderita suatu penyakit bernama Diselexia. Diselexia adalah penyakit dimana seseorang mengalami gangguan saraf motoriknya. Salah satu akibatnya adalah tidak mampu mengenal tulisan sehingga ia tidak dapat membaca atau menulisnya
dengan benar. Berkat kedatangan Ram, orang tua Ihsaan mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada Ihsaan. Ihsaan bukan anak yang pemalas, nakal, ataupun bodoh. Ia adalah anak kecil yang mengalami diselexia.
            Suatu hari di kelas, Ram menceritakan tentang kisah seorang anak laki-laki yang tidak bisa membaca dan menulis dimasa kecilnya namun, saat dewasa anak laki-laki itu mampu membuktikan kepada dunia tentang teorinya. Teori anak laki-laki itu adalah teori relativitas. Ya, anak laki-laki itu adalah Albert Enstein. Selain Albert Einstein, penderita diseleksia yang juga menjadi orang besar adalah Leonardo Da Vinci dan Thomas Alva Edison. Rupanya, kisah yang diceritakan Ram tersebut mampu membangkitkan rasa percaya diri Ihsaan kembali. Matanya kembali bersinar dan wajahnya kembali ceria. Saat kelas bubar, Ram menemui Ihsaan dan berkata bahwa ada seseorang laki-laki lagi yang saat kecil tidak bisa membaca dan menulis namun dia tidak terkenal dan orang itu adalah Ram. Ihsaan menatap Ram dalam rupanya bukan hanya dirinya penderita diseleksia, namun seseorang yang sangat menginspirasinya hari itu yaitu Ram juga menderita diseleksia. Sejak saat itu mereka semakin akrab. Ihsaan rajin belajar bersama Ram untuk mengatasi problem diseleksianya.
Singkat cerita, Ihsaan mampu mengatasi diseleksianya dan memiliki nilai yang baik. Ihsaan juga menjuarai festival lukis disekolahnya dan karyanya menjadi sampul buku halaman sekolah. Saat pengambilan raport tiba, semua orang tua membawa buku sekolah yang bersampul lukisan Ihsaan. Guru-guru tidak lagi menceritakan kekurangan Ihsaan namun bercerita tentang kehebatannya. Orangtua Ihsaan sangat terharu dan berterimakasih kepada sekolah itu namun guru-guru berkata bahwa semua itu karena Ram. Orangtua Ihsaan akhirnya bertemu dengan Ram memeluknya dan mengucapkan terimakasih kepadanya karena berkat dia, Ihsaan akhirnya bisa tumbuh dengan normal dan menjadi anak-anak seperti anak-anak normal yang lain.
Di dunia ini mungkin banyak sekali anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya. Tidak semua orang menyadarinya bahkan orang terdekatpun kadang tidak mampu memahaminya sekalipun itu adalah orangtua. Namun, film ini mengajarkan bahwa kita harus belajar memahami anak kita kelak, selalu melindunginya, ada saat ia butuhkan dan menerima mereka apa adanya sekalipun mereka berbeda dengan yang lainnya. Selalu ada dan membimbing mereka menjadi lebih baik dengan kesabaran dan ketekunan. Anak bukanlah aset untuk menjadi mesin pencetak uang dengan mendidik mereka menjadi juara dalam segala bidang namun pencetak kebahagiaan terutama kebahagiaan bagi diri mereka sendiri.

“Bahwa setiap anak itu adalah spesial. Mereka memiliki dunia yang unik dan indah. Jangan biarkan bintang kecil hilang dari bumi” Taare Zamen Par


Thursday, 14 January 2016

Muslimah Labelling

Happy Jumuah!
Sudah lama tidak men-share pikiran di sosial media J
Karena menulis itu butuh survey (sebab jadi konsumsi publik)
Walaupun tulisan ini bukan milik artikel koran atau majalah tapi paling tidak isinya tidak abal-abal atau hanya sekedar opini tanpa survey apapun ;)
Hope you enjoy it!

Kali ini ingin men-share pikiran yang sudah lama terpikirkan. Namun, belum menemukan waktu yang tepat. Semoga ini adalah waktu yang tepat (disela-sela mengerjakan skripsi karena tuntutan pertanyaan kapan lulus :D). Kali ini, aku ingin sedikit membahas tentang “Muslimah Labelling”. Apa yang ada dipikiran kita ketika kita menyebut kata muslimah? Buatku Muslimah itu menggambarkan seorang wanita muslim yang lemah lembut, alim, dan berhijab.

Saat ini hijab sangat tren di kalangan wanita muslim. Namun, benarkah mereka yang sudah ikut tren hijab terkini adalah muslimah sejati? Mari kita mulai tulisan ini dengan sejarah Hijab di Indonesia J

Perkembangan Hijab di Indonesia
Dulu kala, di tahun 80-an jarang sekali menemukan wanita berhijab. Berdasarkan penuturan salah satu dosenku, di jaman itu berhijab masih di larang di area kampus. Mereka yang berhijab sangat sulit mendapatkan ijin kuliah dengan berhijab. Dosenku (laki-laki) sangat paham bagaimana sulitnya berhijab di area kampus karena ia jatuh cinta pada satu-satunya mahasiswi yang berhijab saat itu, yang kini telah menjadi istrinya. Menurut penuturan beliau, mahasiswi itu hampir dikeluarkan dari kampus karena hijab.

Ternyata larangan berhijab itu memang pernah ada di tahun 70-80an. Saat itu Depdikbud mengeluarkan peraturan untuk melarang semua siswi muslim mengenakan jilbab ke sekolah. Bahkan ada ancaman dari pihak sekolah untuk mengeluarkan siswi yang berhijab, namun siswi yang berhijab menerima jika ia dikeluarkan asalkan ada surat tertulis yang menyatakan bahwa ia dikeluarkan dari sekolah karena berhijab. Namun sepertinya sekolah tidak berani mengeluarkan surat pernyataan seperti itu. Akhirnya, penggunaan hijab dibolehkan hingga saat ini.

Di tahun 90-an, hijab masih jarang digunakan wanita muslim. Penampilan wanita muslim berhijab hanya di hari raya besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, saat ada pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Hijab bukan menjadi pakaian sehari-hari.

Di tahun 2000an, hijab mulai banyak digunakan siswa-siswi sekolah. Bahkan saat ini jarang menemui wanita yang tidak berhijab. Namun, bila di era 70-80an wanita muslim yang berhijab adalah mereka yang benar-benar paham arti hijab, benar-benar paham arti agama, menjadi aktivis dakwah, dan seseorang muslimah sejati, di era 2000an ini hanya sebagian kecil dari sekian banyaknya muslimah yang demikian.

Hijab telah menjadi fashion
Tidak dapat dipungkiri, hijab telah menjadi fashion wanita muslimah masa kini. Apalagi sejak artis Lira Virna hijrah dan menggunakan hijab syar’i, penampilannya nampak semakin anggun dan alim. Selain Lira Virna, banyak publik figur lain yang akhirnya memutuskan berhijab contohnya Saskia Sungkar, Shireen Sungkar, Dewi Sandra, Caludia Shintya Bella, dsb. Banyaknya artis yang menggunakan hijab tentu menginspirasi masyarakat terutama muslimah untuk berhijrah. Fashion hijab yang digunakan para artis juga sangat menarik dan menginspirasi para produsen hijab (baik baju, kerudung, maupun asesories lainnya). Hijab yang dulu tidak memiliki model yang unik dan berwarna-warni kini telah berubah 180 derajat. Paradigma masyarakat tentang wanita berhijab di era 80an dan era 2000an juga berbeda. Jika wanita berhijab di era 70-80an dianggap asing dan tidak modis, aaat ini wanita berhijab adalah pandangan yang biasa dan modis. Hijab termodis saat ini adalah gamis-gamis yang syar’i dan sangat mudah kita jumpai di pusat perbelanjaan.

Hasil Penelitian Tentang Fashion Hijab Artis Mempengaruhi Fashion Hijab Wanita Muslimah dan Hasil Penelitian bahwa Salah Satu Tujuan Berhijab di Kalangan Mahasiswi adalah untuk dapat Terlihat Cantik
Popularitas Jilbab Selebritis Di Kalangan Mahasiswi (Studi pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Berdasarkan hasil penelitian Kurniawati (2014), bahwa terdapat peran penting media massa baik media cetak atau media massa yang lain telah memberikan pengaruh kepada para mahasiswi. Pengaruh tersebut berupa tata cara mereka menggunakan jilbab seperti artis televisi atau yang terpampang di media massa. Proses menjadikan artis sebagai trendsetter dalam berjilbab oleh media, menjadikan mahasiswi UMY mengikutiya dan diterima sebagai gaya hidup. Selain itu,dampak lain adalah munculnya konsumerisme karena adanya selebritis yang menjadi model atas jilbab tertentu.sehingga menjadi daya tarik bagi mahasisiwi.

Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab Dikalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
Dari pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian ini (Nurpadilah, 2013), dalam pemakaian jilbab mahasiswa memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud seperti ingin tampil cantik yaitu mengikuti perkembangan fhasion, dalam hal ini adalah jilbab yang saat ini banyak dipakai oleh masyarakat secara umum yang memiliki banyak variasi agar terlihat cantik dan gaya serta mahasiswa ingin menepati janji yaitu memiliki niat akan memakai jilbab jika tujuan lainnya tercapai seperti lulus sekolah atau mendapatkan nilai yang baik.

Hijab beralih fungsi?
Wanita ataupun pria tentu menyukai fashion dengan trend terbaru. Di era 2000an ini hijab ternyata menjadi fashion yang sangat populer di kalangan muslimah. Wanita muslim yang benar-benar memahami agama atau wanita muslim yang menyukai fashion, semua tidak ketinggalan dalam menggunakan hijab. Namun sebagian kalangan tetap menilai ini positif karena mereka menganggap setidaknya wanita muslimah telah melaksanakan kewajibannya sebagi muslim untuk menutup aurat.

Namun, bagaimana jika suatu hari nanti Hijab tidak menjadi tren lagi?
Jika suatu hari nanti hijab tidak lagi menjadi tren fashion, akankah orang-orang yang telah memutuskan berhijrah mengenakan hijab akan tetap mempertahankan hijabnya walaupun niat yang ada di hatinya untuk berhijab bukan karena lilahitaala namun karena fashion semata? Apabila suatu hari nanti kalangan artis yang populer adalah yang bukan mengenakan hijab syar’i lagi, sehingga tren fashion berubah, hijab bukan menjadi trend fashion lagi sehingga produksi hijab-hijab terbaru menurun dan digantikan dengan tren lain, akankah orang-orang tersebut tetap setia pada hijabnya?

Reminder
Banyak wanita muslimah yang paham tentang kewajiban berhijab. Namun, sedikit yang paham, bahwa agama diturunkan bukan semata-mata hanya agar wanita muslim berhijab. Nabi Muhammad saw bersabda “Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Muslimah bukan hanya sekedar mereka yang menutup auratnya, bukan hanya sekdar berhijab saja (apalagi dengan niatan berhijab untuk mengikuti fashion) namun muslimah adalah mereka yang juga menjaga kehormatannya dengan menjaga pikirannya, hatinya, dan perilakunya. Muslimah itu cantik lahir batin J

Muslimah Labelling By Rani Susanti 0.36 15 Januari 2016



Daftar Pustaka

Monday, 12 October 2015

Menjadi Pemimpin yang Baik

“Mas, aku nggak bisa, beneran nggak bisa. Aku masih labil untuk jadi koordinator asisten. Serius mas, kalau aku bisa aku nggak akan nolak.”
“Nggak ran kamu bisa, nggak ada lagi yang lebih cocok jadi koordinator diantara kalian selain kamu. Siapa yang bisa coba? S******, dia masih childish banget. F****, dia jarang ke lab. R****, kamu tau sendiri dia kayak gimana. Ayo ran nggak ada lagi. Masa kamu nggak mau aku lulus? Kalau aku yang jadi koordinator, nanti skripsiku gimana? Please, tolong aku ya. Aku janji nggak akan ninggalin lab dan terus bantu2 kamu.”

        Percakapan itu rasanya masih terkesan dengan jelas, mungkin karena hal itu terlalu sering menjadi topik pembicaraan.
Aku tidak pernah membayangkan impianku menjadi seorang ketua organisasi beberapa tahun yang lalu terwujud saat ini. Dulu, aku sangat ingin menjadi pemimpin sebuah organisasi karena rasanya menjadi pemimpin itu sangatlah membanggakan. Rasanya bila menjadi pemimpin maka semua orang akan menghormatiku. Aku akan diperhitungkan bahkan disegani di lingkungan sosial manapun. Aku akan punya organisasi yang bisa aku kendalikan semauku dan di organisasi itu, aku bisa menjalankan semua ide yang aku punya. Aku bisa mewujudkan semua harapanku yang rata-rata penuh dengan keidealisan. Sejak kecil, aku telah bermimpi menjadi seorang pemimpin.

Namun, seiring dengan perjalanan organisasiku hingga saat ini, aku menjadi paham bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah sekedar memuaskan hasrat untuk dihargai dan mendapat penghormatan dari orang lain. Di sini, di posisi sebagai pemimpin, harus ada rasa tanggung jawab, harus ada kekuatan penuh, harus ada kesabaran, kebijaksanaan, dan yang tidak kalah penting harus ada sifat baik yang menjadi tauladan bagi anggota. Di sini, di titik ini ada beban berat yang harus kubawa.

Satu hal penting lain yang harus aku garis bawahi -yang mematahkan semua pandanganku tentang pemimpin- adalah bahwa menjadi pemimpin bukan hanya sekedar untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri -kehormatan- tapi juga dapat memberi kehormatan, manfaat, dan kesejahteraan pada anggota organisasi dan masyarakat. Dan pemimpin yang sejati adalah bukan hanya menjadi pemimpin yang baik di mata manusia namun tetap menjadi pemimpin yang baik walaupun tak ada manusia yang melihat sebab masih ada Allah swt yang selalu melihat. Itulah pemimpin sejati. Setelah memahami hal tersebut, aku tidak bisa lagi bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin. Keinginanku menjadi pemimpin yang hanya sekedar untuk mendapatkan penghormatan dan pencapaian ambisi tidak membuatku pantas menjadi pemimpin atau bahkan hanya sekedar berharap jadi pemimpin. Tidak itu tidak benar. Apalagi sifatku ini yang tidak pantas dimiliki seorang pemimpin.

Otoriter

Belakangan ini aku sadar kalau aku memiliki sifat otoriter. Lebih tepatnya aku memiliki keotoriteran yang begitu kuat saat SD-SMA, masa SMA-kuliah adalah masa titik balik sifat otoriterku karena aku sudah mulai menyadari kalau ternyata aku sangat otoriter -walaupun sudah sadar dan mencoba mengurangi bukan berarti sifat itu hilang 100%-. Oleh karena itu, aku merasa aku belum siap ada di posisi pemimpin.

Keras Kepala

Sifat ini adalah sifat yang melekat pada pribadi yang otoriter. Aku selalu merasa opiniku benar -semua opiniku-. Karena itu, sangat sulit bagi seseorang untuk mematahkan opiniku. Aku akan berusaha mempertahankannya entah itu benar atau salah. Namun, di masa titik balik, aku sadar bahwa tidak semua opiniku itu benar. Pengetahuanku terbatas, daya berfikirku juga, tidak selamanya ideku dan opiniku adalah yang terbaik untuk dilakukan. Orang lain, dengan cara berfikirnya yang berbeda dengan pengetahuannya yang berbeda, dengan pengalamannya yang berbeda, juga memiliki peluang memiliki opini dan ide yang benar dan terbaik untuk dilakukan.Dan yang terpenting dalam bermusyawarah adalah bukan agar opini pribadi yang disetujui oleh forum, namun opini yang terbaik. sedangkan yang terbaik tidak selamanya bersumber dari kita sendiri. Dengan sisa-sisa keotoriteranku itu, jelas aku masih memiliki sifat keras kepala yang tersisa. Hal ini jelas akan menyusahkan forum jika aku berlebihan dalam mempertahankan opiniku yang ternyata bukanlah opini terbaik untuk mufakat

Kaku

Sifatku yang begitu kaku. Dari kecil aku jarang bersosialisasi. Aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku tidak humoris karena aku begitu serius. Aku tidak bisa rileks dan merilekskan suasana. Forum butuh pemimpin yang bisa mencairkan suasana di saat fotum dalam ketegangan.

Pemarah

Sifatku yang pemarah. Aku selalu sulit melihat jalan keluar ketika ada kesalahan yang terjadi baik karena aku atau orang lain. Ketika sudah menemui jalan buntu untuk menemui solusi aku cenderung marah daripada sabar. Padahal, kadang-kadang jalan keluarnya sepele jika saja aku mau sedikit lebih rileks dan sabar. Mungkin ini akibat kurang sosialisasi alias kurang pergaulan.


Itulah sifat yang masih melekat pada diriku, yang jelas membuatku akhirnya berfikir bahwa menjadi pemimpin bukan kemampuanku saat ini. Aku masih baru memasuki tahap titik balik namun belum benar-benar berubah dan pantas menjadi pemimpin. Semua kekhawatiranku menjadi pemimpin tidak bisa diredam dengan kata-kata mas D**** "Aku akan selalu dampingi kamu memimpin organisasi ini". Tidak, tidak sesederhana itu membuat aku bisa berhenti khawatir dengan sifatku sendiri. Aku tidak yakin sifatku akan terus membaik seiring dengan berjalannya aku menjadi pemimpin organisasi ini. Sifatku hanya akan jadi bom waktu jika ia terus memburuk. Itu hanya akan jadi bom waktu yang meledak di saat waktu yang tak terduga yang bisa mengahncurkan diriku sendiri dan orang disekitarku seperti yangterjadi di masa lalu. berkali-kali aku katakan, "Tidak bisakah aku hanya jadi sekertaris yang akan terus mendampingi pemimpin, aku terlalu takut beradadi posisi itu?". Namun, lagi-lagi karena keterpaksaan, aku tidak bisa mengelak, tidak bisa mengatakan “tidak”. Antara takut gagal dan menyelipkan keoptimisan, aku menerima posisi ini.

6 bulan menjalani kepemimpinan

Direndahkan anggota

Aku sudah menyadari kekuranganku sejak lama. Dengan kekuranganku itu, aku menghakimi diri sendiri untuk tidak memaksakan kehendak. Aku mengikuti opini mayoritas, pasrah, dan gampang mengalah. Aku tidak menjadi pemimpin yang tegas. Sampai-sampai aku direndahkan oleh sahabatku sendiri yang menjadi anggota organisasi ini - Ex anggota -. Entah, apakah aku direndahkan karena itu memang sifatnya demikian, atau karena memang aku yang tidak tegas –tidak percaya diri dalam mengambil keputusan- namun belakangan aku tahu, dua hal tersebut benar adanya.

Dicap Tidak Tegas

Menjadi pemimpin harus berani tegas pada anggota. Aku tidak berani tegas, marah, atau mengingatkan dengan lantang hanya karena ketidakpercayaandiriku dalam bertindak. Kekuranganku dan kesalahanku di masa lalu, kehilangan orang berharga satu organisasi, masih membayangiku untuk tidak melakukan hal yang sama. Aku tidak berani marah ketika mereka salah. Aku tidak berani membentak karena takut kehilangan lagi. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar tanggung jawab di organisasi ini dapat terlaksana walaupun tanpa ketegasan. Namun, kenyataannya bagaimanapun juga di dalam organisasi, ketegasan memang diperlukan.

Dicap Terlalu Kaku dan Tegas

            Saat aku menyadari bahwa ketegasan diperlukan, aku mencoba lebih percaya diri dalam bertindak tegas. Sedikit demi sedikit rupanya ketegasan yang aku lakukan berdampak positif. Aku menjadi percaya diri untuk mengambil sifat tegas, marah, bahkan membentak agar aturan dan tanggung jawab terlaksana dengan baik. Namun rupanya hal ini mulai merambah dan membangkitkan sifat otoriterku yang tertimbun oleh sifat ketidakpercayaandiriku selama ini. Ambisiku yang hanya terfokus pada tujuan tanpa memperhatikan perasaan orang lain itu muncul kembali. Akibatnya aku hampir saja kehilangan kasih sayang orang yang paling mendukungku menjadi koordinator. Hanya karena aku tidak mampu menghargainya dengan membentak dan merahinya dengan kata-kata yang sangat kasar. Keidealisanku yang mencapnya salah, membuatku merasa pantas dia berhak dibentak, dimarahi, dan ditindak tegas. 

Introspeksi Diri

Keidelisanku membuatku hanya melihat kebenaran. Aku membagi hidup ini menjadi dua bagian. Orang benar dan orang salah. Benar adalah benar dan salah adalah salah. Sebaik-baiknya orang padaku jika dia melakukan kesalahan apapun aku akan mengatakan dia salah. Sayangnya, aku tidak bisa menyampaikan atau menasehatinya dengan benar. Aku cenderung mengatakan hal sejujurnya dan kata-kataku itu rupanya sangat menyakitkan mereka, walaupun sebenarnya aku tak pernah berniat menyakiti orang yang sedang berbuat kesalahan. Aku hanya tidak bisa mengingatkan orang yang bersalah dengan baik. Apalagi di saat aku lelah, amarahku gampang memuncak, dan aku sangat sulit meredamnya. 

“semua orang tidak selalu benar, orang yang paling kau sayangi pun akan melakukan kesalahan, sesalahnya mereka, jangan sampai kau mengingatkan mereka dengan cara yang menyakitkan, jangan dengan cara yang membuatmu bisa kehilangan mereka, apalagi mereka yang masih tulus menyayangimu, dan tidak beriat menyakitimu. Diskusikan dengan baik, hargai opini mereka, dan ingatkan mereka dengan kasih sayang. Katakan pada keidealisanmu, hai idealis tunjukkanlan apa yang benar dan salah namun juga tunjukkan padaku cara mengingatkan yang baik dan benar.”

Aku mengurangi ambisiku dengan pasrah kepada Allah. Aku meredam ambisiku dengan menasehati diriku sendiri bahwa “Cukup usaha yang terbaik dan berserah diri pada Allah. Kita bisa berharap mencapai sesuatu tapi tidak bisa memaksakan untuk mencapainya. Sebaik-baiknya rencana manusia, rencana Allah adalah yang terbaik. Sebaik-baiknya usaha manusia, Allahlah yang akan membalasnya. Cukup berserah diri kepada Allah.”

Untuk mengatasi mudahnya aku marah, aku sedang berusaha untuk sabar, tetap tenang, dan melihat situasi dengan tenang. Kemarahanku sudah melukai beberapa orang. Sebelum aku marah, aku menasehati diriku “jangan marah, mereka bisa sedih, mereka akan mendengarkan jika kau berbicara dengan baik, semua masalah tentu ada jalan keluar terbaik, jangan marah, jangan kehilangan akal sehat, dan yang terpenting jangan kehilangan kasih sayang mereka padamu.”

End of Menjadi Pemimpin yang baim Part 1


Bersambung


Tuesday, 30 June 2015

People Judge

"Apapun yang kau lakukan, kau merasa seolah-olah dunia sedang memberi sorotannya padamu,  dimana hal yang baik akan memberi pujian, sedangkan yang tidak baik akan memberi hujatan. Apapun yang terjadi, hal yang benar yang harus diperjuangkan, bukan karena kau ingin membela yang benar atau menjadi yang benar, itu karena kau takut mendapatkan penghakiman sehingga hanya ingin melakukan kebenaran."

Kali ini aku ingin membahas sebuah penyakit psikologiku yang aku beri nama Pobhia People Judge. Apakah ini berbahaya? :) Penyakit ini nggak berbahaya untuk orang lain kok tapi berbahaya untuk penderitanya sendiri. Apa anda salah satu penderitanya? Semoga tidak ya. Namun jika mengalami hal yang sama, tidak ada salahnya membaca artikel ini sampai habis. Semoga bermanfaat :)


Phobia People judge


Phobia people judge adalah penyakit psikologi yang tidak dibahas di dalam ilmu psikologi saat ini. Mungkin lebih tepatnya aku belum menemukan pembahasan masalah kejiwaan ini di psikologi. Bisa jadi sudah dibahas namun dengan nama yang berbeda. Karena aku belum menemukannya maka aku memberi nama Phobia People Judge. Phobia memiliki arti takut dan frase kata "people judge" memiliki arti "penghakiman orang lain" sehingga jika digabungkan artinya adalah "takut akan penghakiman orang lain". 

Phobia people judge adalah masalah kejiwaan yang sangat besar buatku. Aku adalah penderitanya. Aku selalu terbayang dengan penilaian orang lain pada apa yang aku lakukan. Rasa tidak nyaman selalu muncul saat berinteraksi dengan orang lain karena aku selalu takut dengan penilaian buruk. Akibatnya, aku selalu ragu-ragu dalam bertindak atau mengambil keputusan. Bukan keragu-raguan biasa tapi benar-benar sangat ragu dalam setiap tindakan. Aku harus bilang apa, menjawab apa, memilih apa dsb. 

Tertekan? Sangat. Aku selalu tertekan karena selalu berusaha melakukan segala tugasku dengan benar, bukan karena aku anak yang lurus, rajin, dan pintar, tapi mungkin lebih pada rasa takut akan penghakiman orang lain jika aku melakukan kesalahan. Saat itu, orang yang paling membuat iri adalah mereka yang tak begitu peduli pada penilaian orang lain. Santai menjalani hidup dan fun dengan apa adanya mereka dengan kata lain tidak memaksakan diri sepertiku. Kesannya hidupku mengenaskan sekali ya hehe tapi itu kenyataan.

Aku selalu berusaha agar semua tugas yang diberikan padaku sempurna sehingga tak ada celah bagi orang lain menghakimiku. Mengerjakan setiap tugas dengan baik itu tidak mudah. Itu sangat melelahkan. Tapi sedihnya, aku tidak tau caranya beristirahat dari penyakit itu. (Please dont cry! Cerita ini nggak sad ending hehe)

Aku tidak pernah menemukan orang yang seragu-ragu aku dalam bertindak. Sadar kalau aku berbeda, psikologiku tidak normal dalam hal ini, aku mulai mencari tentang penyakit-penyakit kejiwaan. Awalnya bahkan ingin ke psikiater tapi sepertinya tidak ada di kotaku. Namun, ada hal yang aku temukan yang merubah pandanganku. Bisa dibilang aku mulai terapi menghilangkan ketakutan pada Phobia People Judge sejak menemukan teori ini.

Teori Humanistic

Sedikit berat namun semoga tetap ringan dibaca :). Akhirnya aku menemukan sebuah teori psikologi yang bisa menjadi pencerah. Abaraham Maslow pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu kebutuhan psikis manusia adalah "penghargaan" berupa pujian, status, jabatan, kehormatan, reputasi dsb. So, dalam taraf ini wajar seseorang ingin mendapat pujian. Namun, bukan berarti aku menganggap aku normal setelah membaca ini. Menurutku, ketakutakan pada penilaian buruk orang lain dan hanya mengharap penilaian baik masihlah sebuah kesalahan karena sifatku yang ragu-ragu masih berlebihan, takut bertindak ini itu masih menghantui. 

So, lanjutan pembahasan teori itu mencerahkan pikiranku lagi. Ada 5 tingkatan kebutuhan dasar manusia:
1. Kebutuhan fisiologis dasar : sandang, pangan, papan.
2. Kebutuhan akan rasa aman : merasa aman dari kejahatan, bencana alam, dsb
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Tingkatan paling dasar adalah fisiologi dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Jika tingkatan 1 sudah terpenuhi maka tingkatan kedua sudah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan yang ketiga. Jika kebutuhan ketiga sudah terpenuhi maka akan timbul kebutuhan keempat. Hingga kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri.

Jika menelaah diriku yang menderita Phobia People Judge, aku sangat menginginkan penilaian baik atau penghargaan dari orang lain, sehingga itu ada pada tingkatan ke-4. Dalam ilmu psikologi yang dijelaskan Abraham Maslow ini, wajar seseorang menginginkan penghargaan. Namun, tingkat kebutuhan manusia tertinggi dan lebih mulia daripada kebutuhan penghargaan yaitu tingkat aktualisasi diri. Pada tingkatan ini orang sudah mengabaikan penghargaan, semua hal yang dikerjakan akan dikerjakan sebaik-baiknya bukan untuk pujian tapi untuk kepuasan diri. Orang yang mencapai tingkatan ini terbiasa mengerjakan seuatu dengan baik, ia tidak mengutamakan penghargaan, ia sudah baik tanpa pujian, reputasi, dan yang lain dan inilah tingkatan yang belum bisa aku capai. 



What must to do next?

Ternyata untuk menyembuhkan penyakit Phobia People Judgeku jawabannya ada pada tingkatan nomor 5 yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah upaya untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil yang baik. Bedanya bukan untuk penghargaan namun kepuasan diri. Seseorang tidak perlu mengharap pujian atas apa yang dilakukan, tidak perlu takut dengan penghakiman, karena ia sudah yakin apa yang dilakukannya baik. Walaupun mendapat penghakiman buruk ia tidak akan tumbang, begitu pula jika ia mendapatkan penghakiman baik jiwanya tidak melayang, tetap low profile dan down to earth :)
Bila aku kaitkan dengan ajaran dalam agama Islam, maka apapun tugas yang diemban manusia seharusnya tidak diupayakan untuk mendapat penilaian yang baik dari manusia namun karena seorang muslim berupaya melakukan apapun di dunia ini dengan baik hanya untuk-Nya. Penderita Phobia People Judge perlu belajar mengabaikan penghakiman orang lain dan fokus pada bekerja dengan baik dengan ikhlas, tidak perlu memaksakan diri, dan tetap berserah pada-Nya.

Siapapun yang merasa menderita Phobia People Judge semoga kita cepat sembuh dari ketamakan pada pujian dunia :)

Terimakasih
Semoga bermanfaat ;)

Wednesday, 11 March 2015

Ujian Hidupku: Broken Home

Aku tidak begitu iri melihat teman-temanku memiliki harta yang banyak
Tapi aku sangat iri jika melihat mereka memiliki keluarga yang harmonis
Aku tidak begitu iri melihat teman-teman yang memiliki pasangan
Tapi aku sangat iri melihat pasangan paruh baya yang masih mesra dan membayangkan ayah dan ibuku juga bisa demikian adanya
Aku tidak begitu iri melihat teman-temanku sekolah di universitas ternama
Tapi aku sangat iri melihat mereka yang berprestasi walau dengan keterbatasan ekonomi
Aku tidak begitu iri pada mereka yang bangga dengan benda bermerk yang mereka punya jika itu masih pemberian orang tua
Tapi aku sangat iri pada mereka yang mampu hidup mandiri, membeli barang-barang bermerk, modis, cantik, hasil jerih payah mereka sendiri

Aku memahami jika setiap manusia sebelum ia diminta pertanggungjawabannya kelak harus melewati hidup di dunia beserta dengan ujiannya. Tak semua manusia memiliki ujian yang sama. Ada yang diuji lewat keluarga, ada yang diuji lewat karier, ada yang diuji ekonominya, ada yang diuji kesetiannya, ada yang diuji kesabarannya, ada yang diuji keimannanya, ketaqwaannya dsb. Mungkin, apa yang kita usahakan untuk melewati ujian itulah yang kelak akan dimintapertanggungjawabannya. Mungkin hal itulah yang kelak akan dipertanyakan seperti mengapa kau melakukan itu manusia-Ku? Jika alasan manusia tak berdasarkan karena-Nya, tak sesuai dengan perintah dan larangan-Nya maka manusia tersebut akan mendapat hukuman atas perbuatan-Nya. Allah yang maha tahu apa yang kita lakukan, yang maha tahu apa yang kita niatkan, yang maha tahu apa yang ada di dalam hati ini bahkan sebelum itu terucapkan oleh bibir kita adalah Zat yang kita tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun darinya. 

Karena itulah Allah mengatakan bahwa ia adalah Hakim yang seadil-adilnya. 
Tak perlu bukti. Tak perlu saksi.
Ia yang Maha Mengetahui, Maha Melihat, dan Maha Mendengar 

Apapun ujian di dalam hidup ini, manusia memiliki waktu untuk berusaha melewatinya, memiliki kesmpatan untuk memilih jalan mana yang ia tempuh untuk melewati ujian itu. Bukan hasilnya namun prosesnya-lah yang akan dimintapertanggungjawaban oleh-Nya kelak. 

Seberapa kuat usaha kita agar melewati ujian tersebut tanpa sedikitpun melupakan-Nya, tanpa melanggar perintah-Nya?
Seberapa kuat usaha kita agar tetap berpegang teguh pada tuntunan-Nya?
Seberapa kuat usaha kita agar tidak tergoda dan terjerumus pada hal-hal yang dilarang-Nya?

Begitu juga dalam hidupku ini yang tidak lepas dari ujian
Aku memahami bahwa hidupku diuji pada ketidakharmonisan keluarga yang membesarkanku
Aku diuji dalam menyikapi kehancuran rumah tangga ayah ibuku
Aku diuji bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa menjerumuskanku pada kufur nikmat

Aku pernah berbicara dan berpesan pada beberapa kawan
Kelak kalau kau menikah, jangan sampai berpisah, yang mendapatkan dampak buruk terbesar dari perisahanmu adalah anak-anakmu kelak

Aku menyadari bahwa beberapa hal yang tidak aku miliki ternyata membuat penyimpangan psikologis yang begitu besar di dalam diriku
Broken home adalah penyebab aku tidak memiliki apa yang harus aku miliki, dan mungkin broken homelah yang merupakan salah satu penyebab terbesar ketidaksehatan psikologisku hingga saat ini
Namun aku terus mendiagnosanya secara pribadi yang juga aku tulis tahapannya di blogku ini, yang aku cari obatnya agar aku bisa menjadi manusia dengan psikologis yang sehat

Dibesarkan dalam kehancuran rumah tangga membuatku kekurangan perhatian, kasih sayang, pujian, rasa aman, percaya diri
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "keluarga yang sedang makan bersama" di ruang makan
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "ibu yang sedang memasak untuk keluargaku" di dapur
Broken home membuatku tidak memiliki pemandangan "ayah dan ibu yang mesra" di dalam rumah
Broken home membuatku tidak memiliki waktu "bersama ayah dan ibuku setiap harinya"
Broken home membuatku tidak memiliki waktu "diperhatikan, dinasehati, diberi support saat aku lemah, dsb"

Broken home membuatku tak menjadi pribadi yang baik
Aku keras kepala sekeras "pertengkaran ibu dan ayahku" yang jadi pemandangan sejak aku kecil
Aku egois seegois "ayah dan ibuku yang beradu argumen tanpa mau mengalah satu sama lain"

Broken home mendidikku menjadi pribadi yang buruk

Tapi, aku tak menyesali jalan hidupku
Aku tau ini adalah bagian dari ujian hidup
Aku tau setiap manusia akan diuji dengan ujian yang berbeda
Mungkin ujianku adalah hidup dan dibesarkan dalam ketidakharmonisan keluarga

Aku menyadari semua ini dengan seiringnya waktu berjalan
Dengan menatap keharmonisan keluarga teman-temanku
Dengan menyelimuti malam dengan tangisan kerinduan keharmonisan keluarga
Dengan menatap kebaikan psikologis anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang hangat, lengkap, dan penuh rasa syukur
Dengan mengamati semua itu dengan rasa rindu luar biasa dan air mata yang tak terelakkan jatuhnya

Aku iri pada semua itu

Tapi, aku tak menyalahkan ayah dan ibuku
Aku tak berandai jika mereka harmonis
Aku tak berandai jika mereka tetap bersama
Aku tak melihat masa lalu
Tak ada gunanya berandai, waktu hanya bisa sekali dilalui karena tidak akan ada jalan untuk melaluinya kembali
Aku hanya memahami jika Allah memberi kekuatan-Nya pada ku, Allah memberi kasih sayang-Nya setiap waktu, Allah memberi kesabaran padaku, Ia juga memberiku banyak kebahagiaan walau tanpa keharmonisan keluarga, Ia mengajarkanku kuat dan tak melihat masa lalu, memberi harapan agar aku dapat memperbaiki diri dan memiliki kebaikan masa depan, Ia memberiku kesempatan untuk melihat kekurangan ini dengan "positif thinking", Ia memberiku kesempatan untuk berfikir lebih dalam dan mengambil langkah yang lebih baik ke depannya "agar psikologisku bisa sehat, agar keluargaku terus bahagia, agar keluargaku kelak tak mengalami hal yang sama". Ia ada di setiap langkahku, setiap susah dan senangku, sehat dan sakitku, menemaniku untuk melewati ujian hidup ini. 

Aku tidak menyesali kekurangan dalam hidupku ini
Aku terus mendapat mukzizat dari-Nya untuk terus menjalani hidup
Teman-teman yang baik, ibu yang kuat, pengalaman-pengalaman yang tak terduga

Aku terus berusaha bersyukur, menghibur hatiku dengan segala nikmat yang aku punya, agar tidak terpuruk dalam kekufuran nikmat yang menjauhkanku pada-Nya

Aku sadar aku belum mencapai keharmonisan hingga hari ini
Tapi aku tidak berhenti berusaha untuk mencapai keharmonisan itu
Dengan terus berusaha, dengan terus bersyukur, dengan terus berjuang dan menikmati semua proses ini dengan bijak


Tulisan ini terinspirasi dari doa ibuku agar kami yang hidup di belahan bumi yang berbeda dapat kembali bersatu, menjalani hidup dengan bahagia, sebahagia masa kecilku yang suka nonton film India, menari-nari bersama ibu, menunggui ibu dan nenek memasak, merengek2 meminta mainan, begitu bahagia jika diajak jalan-jalan keluar kota bersama ayah dan ibu, merengek makan direstoran walau aku masih demam, berlari-larian di dalam rumah bersama adekku, mencoreti dinding dengan pensil warna dan membuat ibuku marah2, mengambil make up ibu dan bersama kakak perempuanku bermain fashion-fashionan, mengambil sapu lidi untuk bermain perang-perangan dengan kakaku yang endingnya kita perang beneran sambil kejar-kejaran menaiki kasur, sofa, pekarangan rumah, mengajak ayahku berdua saja untuk mampir ke toko "Sejati" membeli es krim, snack, dan mainan baru, diam2 meminta uang nenek untuk beli majalah bobo karena ibuku tak pernah memberiku uang untuk beli majalah. Semua masa kecilku itu yang walaupun nakal membuat ibuku tetap rindu pada masa itu. Masa kami semua masih bersama dan bersatu.

Ibu, bersabarlah, aku sedang berjuang menjadi anakmu yang baik, aku sedang berjuang menjadi seorang yang berilmu agar dapat membahagiakanmu, aku tidak menyesal menjadi anakmu, aku tidak menyesal untuk hidup dalam keluarga broken home ini, aku tidak menyesal memilikimu dan bapak, aku sangat menyayangi kalian, biar surga jadi tempat kita semua kembali bersatu, biar surga jadi tempat keharmonisan keluarga kita kelak, di dunia yang fana ini hidup memang tidak sempurna ibu, jangan kau sesali, jangan kau tangisi, setiap manusia memang selalu di uji dan Allah ingin melihat usaha kita, mari kita berusaha untuk agar hidup kita dapat lebih baik lagi, mari kita berusaha untuk memiliki keluarga yang harmonis, agar kebahagiaan ini semakin sempurna, agar kita dijauhkan dari sifat kufur nikmat, bahagialah ibuku, bahagialah selalu, aku sangat mencintaimu, mencintaimu karena Allah 

Wednesday, 25 February 2015

Bapak, Rani Rindu

Pagi ini aku tidak shalat shubuh, lebih tepatnya beberapa hari ini aku bangun di atas jam 6 pagi. Bukan karena aku tidak melakukan kewajibanku tapi memang aku tidak dizinkan shalat. Mungkin periode bulanan ini memang yang menjadi salah satu alasan daya tahan tubuh menurun dan diserang batuk sampai 1 minggu.
Semalam  aku menghabiskan waktu menemani rapat acara HMPS untuk big event mereka sampai jam 11 malam. Untuk tubuh yang sudah lemah karena sakit ditambah pulang larut alhasil aku benar-benar kelelahan dan tidur hingga jam setengah 7 pagi. Sebenarnya aku sempat bangun jam set 5 untuk mematikan alarm shalat shubuh lalu tertidur lagi untuk melanjutkan mimpi. Mimpi kali ini sangat berbedadengan mimpiku sebelumnya. Tentu saja seperti judul tulisanku kali ini, aku bermimpi bertemu dengan alm Bapak.

Bapakku hadir dengan senyum yang merekah di atas sepeda motor bututku. Ia sudah menderukan motor seakan bilang “ayo naik, bapak dan motor sudah siap membawamu”. Lalu aneh bin ajaib, motor itu berubah jadi Revo dan kemudian berubah lagi jadi motor yang lebih keren “Harley”. Mungkin karena mimpi, semua jadi aneh, khayal, dan tak masuk akal. Meskipun demikian semua orang tetap suka bermimpi mungkin karena aneh dan khayalnya itu. Bapak memboncengku dengan senyum tak berkurang dari wajahnya. Aku tak merasa ia sudah tiada dalam mimpi itu. Bagiku ia selalu hidup dan ada menemaniku di dunia ini. Tak ada kesedihan dalam mimpiku, aku memeluknya yang memboncengku melewati berbagai kendaraan dan melewati teman-temanku yang baik mobil elf. Mereka terkejut melihatku bersama seseorang yang asing bagi mereka. Mereka pun bertanya “Siapa itu Ran”. Masih di atas sepeda motor aku melambaikan tangan pada mereka dan tanganku yang lain menunjuk Bapak dan berkata “My Father” dengan sangat bangga. Entah kenapa aku begitu bangga mengenalkan Bapak didepan teman-temanku. Mungkin, walau dalam mimpi aku tidak merasa dia telah di dunia yang berbeda tapi hatiku mungkin tau “aku tak pernah bisa mengenalkan bapak kandungku pada teman-temanku tapi tiba-tiba saja aku bisa”. Mungkin karena itu aku sangat bahagia. Bapak tersenyum senang ketika aku mengenalkannya pada teman-temanku. Namun aku dan bapak tetap melaju dan aku masih memeluk bapakku yang memakai Jaket Hitam favoritnya.
Aku tak pernah memeluk dia seerat itu dulu. Aku tak pernah merasakan sayangku sebesar itu dulu. Aku sangat menyayanginya. Andai itu bukan mimpi.
Harley kami masih melaju, mimpi ini belum berakhir. Di perjalanan panjang yang naik turun seperti medan kota Ruteng, ada peternakan bebek yang sangat luas yang kami lewati. Bebek-bebek itu sangat banyak dan bersih, sehat, dan tambun-tambun. Aku berteriak kegirangan sampai salah menirukan bunyi bebek dengan “petok-petok”. “bapak bebeknya sehat ya petok-petok” kataku pada Bapak. Bapak tertawa, “Iya nanti bapak ajari masakan bebek yang enak”. “Benar ya pak?” Bapakku masih tertawa-tawa dengan meyakinkanku dengan resep masakannya.aku memeluknya senang.
Sayangnya, mimpiku harus berakhir. Mataku terbuka, jendelaku telah diterangi cahaya matahari. Aku melihat diriku yang terbaring di atas kasur dengan selimut merah hati dan tubuh yang menekuk. Aku baru saja terbangun dari mimpi indah. Nafasku terisak mengingat semua itu adalah mimpi. Sakit rasanya jantungku harus bertemu dengan kenytaan. Aku merindukannya sangat dalam. Aku ingin bercerita kepadanya tentang kuliahku, cita-citaku, mama, kakakku, adikku, nenekku, saudaraku, bahkan hingga pria lucu dan bijaksana yang aku suka tapi sangat menyebalkan. Aku ingin cerita semuanya, ingin digoncengnya seperti di dalam mimpi, ingin memeluknya dengan erat. Ingin mengenalkannya pada semua orang “Ini Bapakku. Bapakku yang paling sayang sama aku. Bapakku yang hebat, yang tabah, yang tampan, yang sangat mencintai anak-anaknya”. Kututup tangisanku dengan alfatihah untuknya.

Semoga ia bangga dengan memilikiku karena kebaktianku pada-Nya.




Bapak, Rani Rindu 25 febuari 2015