Seharusnya
melanjutkan tulisan tentang Field Trip ke Jogja tapi berhubung ada berita yang
lebih hangat aku ingin menulis tentang Kunjunganku kemaren 5 Desember 2013
Field Trip to Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Well, mungkin ada yang
belum tau di mana tempat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini. Kantor Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia terletak di Kabupaten Jember di Jl. PB
Sudirman namun kebunnya terletak di Renteng, 11 km dari kecamatan Jenggawah. Aku
dan kawan-kawan mengunjungi lokasi perkebunan ini untuk kegiatan Field
Trip mata kuliah Usaha Budidaya Komoditi Perkebunan Unggulan.
Hawa perjalanan
field trip kali ini tidak jauh berbeda dengan field trip ke Jogja. Hawa sejuk
musim hujan tapi untung saja hanya mendung. Namun memang benar mendung tak
berarti hujan karena sampai pulang tidak ada hujan :D. Tapi, aku dan
kawan-kawan tidak naik bus seperti ke Jogja. Jarak yang dekat ke Puslit Koka Indonesia
Renteng mampu ditempuh dengan naik sepeda motor saja. Kira-kira hanya butuh
waktu 45-60 menit dari Universitas Jember ke Puslit Koka Indonesia. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah satu-satunya lembaga penelitian di
bidang kopi kakao di Indonesia dan terletak di Kabupaten Jember. Keren kan? Jember
punya aset pertanian nasional :)
foto
Bahkan lembaga
ini juga mengeluarkan beberapa buku tentang budidaya kopi dan kakao seperti di
bawah ini mau tau lebih dalam bisa mengunjungi toko buku terdekat atau membaca
cuplikannya di Google Book.
Tujuan
utama aku dan kawan-kawan penempuh mata kuliah “Usaha Budidaya Komoditi Unggulan”
ini untuk mengetahui lebih dalam tentang budidaya kopi dan kakao. Maklum kopi
dan kakao adalah komoditi perkebunan unggulan di Indonesia. Siapa tau kualitas
dan kuantitas produksi bisa semakin membaik di Indonesia dengan bertambahnya pengetahuan
mahasiswa pertanian di bidang budidaya kopi dan kakao. Apalagi kopi kakao
adalah penyumbang devisa negara.
Seberapa hebatnya sih
kopi Indonesia kok bisa jadi komoditi unggulan?
Setelah mencari informasi yang bisa dipertanggung jawabkan
aku dapat statement berikut ini.
Indonesia
berada di peringkat ketiga produsen kopi terbesar di dunia. Itu berdasarkan
data Indonesian Coffee Festival (ICF). Brazil masih menjadi produsen kopi nomor
satu di dunia, disusul Kolombia. Dari data yang didapatkan ICF, Indonesia
menjadi penghasil kopi Robusta (85 persen) terbanyak, disusul oleh kopi Arabika
(15 persen). Dari kedua jenis kopi tersebut, Indonesia telah memproduksi 600
ribu ton per tahun, dari 1,3 juta hektare kebun rakyat (tribunnews.com,
2012).
Sampai saat
ini Indonesia masih menjadi penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah
Brasil dan Vietnam. Tahun lalu, produksi kopi tercatat sebesar 748 ribu ton per
tahun atau 6,6% dari produksi kopi dunia. Beberapa produk kopi andalan dalam
negeri, menurut Hidayat, adalah Gayo Coffee, Mandaling Coffee, Lampung Coffee,
Java Coffee, Kintamani Coffee, Toraja Coffee, Bajawa Coffee, Wamena Coffee, dan
juga Luwak Coffee (detik.com,
2012).
Percaya kopi jadi komoditi perkebunan unggulan di Indonesia? :)
Hebatnya lagi
kopi masih bisa diolah menjadi Kopi Luwak. Kopi luwak memang sudah tidak asing
lagi di telinga kita semua. Kopi luwak Indonesia sudah diakui cita rasanya di
dunia Internasional. Bahkan sejarah kopi luwak pun berasal dari Indonesia. Seperti
yang terdapat pada Wikipedia
(2013), asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan
tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman
komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera.
Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era
"Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang
pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan
tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian
pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar
memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan
biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini
kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air
panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini
akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini
menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses
pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak
zaman kolonial.
Luwak, atau
lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan
masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang
peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai
makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan
tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak
memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti
biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga
kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi
terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan
luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan
para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Kopi Luwak yang diberikan oleh
Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd,
pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia
karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih
dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.
Dari sini semakin cinta dengan Indonesia? J
Ya ini baru membahas dari segi Kopi.
aku belum menceritakan keunggulan kakao Indonesia (dan keunggulan Indonesia
tidak hanya kakao, intinya banyak hal yang membanggakan di indonesia yang
mungkin tidak sempat aku tulis di blogku ini).
Kakao adalah tanaman penghasil
coklat. Jadi, coklat yang kita makan itu sebenarnya berasal dari biji di dalam
buah kakao. So, dimana letak keunggulan kakao bagi Indonesia. Ya data ini akan
menunjukkannya
Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun
panen 2005)
1. Pantai
Gading (38%)
2. Ghana
(19%)
3. Indonesia
(13%, sebagian besar kakao curah)
4. Nigeria
(5%)
5. Brasil
(5%)
6. Kamerun
(5%)
7. Ekuador
(4%)
8. Malaysia
(1%)
9. Negara-negara
lain menghasilkan 9% sisanya.
Indonesia adalah negara penghasil
kakao terbesar NOMOR 3 di dunia dan Indonesia bertekad menjadi penghasil kakao
terbesar kedua di dunia, setelah negara Pantai Gading. "Indonesia saat ini
berada di posisi ketiga setelah negara Pantai Gading dan Ghana, sebagai penghasil
kakao dunia," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Dr Rusman Heriawan,
yang berkunjung ke Mamuju, Sabtu. Ia mengatakan, produksi kakao di Indonesia
saat ini telah mencapai 712 ribu ton per tahun dengan luas lahan sekitar 1,7
juta hektare. Menurut dia, kalau produksi kakao Indonesia itu terus
dikembangkan maka tekad Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar dunia akan
dapat diwujudkan (ANTARA
News, 2013).
Dari semua kakao yang diekspor
adalah dalam bentuk curah (sebagian besar) bukan produk jadi. Walaupun Indonesia
menghasilkan kakao terbesar nomor 3 di dunia namun produk coklat yang terkenal adalah
coklat Belgia. Padahal Belgia bukan produsen kakao. Hal ini tentu saja sangat disayangkan. Indonesia menjual bahan mentah ke luar negeri, di luar negeri diolah dan dijual kembali ke Indonesia. Tapi aku
cukup bangga dengan Indonesia karena produk coklat yang satu ini ternyata
produk asli Indonesia.
Nggak percaya, searching aja di
Google :)
Aku juga menyempatkan bertanya pada
petugas di PUSLITKOKA Indonesia intinya mengapa negara kita tidak terkenal
dengan produk coklatnya. Bapak tersebut bilang itu karena mesin pengolah coklat
sangat mahal harganya mungkin satu alat saja berharga 800 juta rupiah padahal
ada sekitar 4-5 alat yang dibutuhkan untuk mengolah kakao menjadi coklat. Mungkin
hanya orang-orang sekelas keluarga ARB yang bisa membelinya. Namun rupanya
semua mesin olah di Puslitkoka Indonesia di rakit sendiri oleh bapak tersebut. Bapak yang
lupa aku tanyakan namanya itu juga bercerita kalau ia juga berusaha
membuat mesin yang bisa dijual untuk pembuatan coklat skala rumah tangga dengan
harga sekitar 100-200 juta. Ini lebih murah dari mesin pengolah kakao yang diimpor. Untuk
mesin yang di puslit itu sendiri memiliki total biaya sekitar 800 juta karena
kapasitas yang lebih besar.
Semoga terwujud mesin
pembuatan coklat home industrinya
Semoga coklat yang terkenal
itu namanya coklat Indonesia :)
Well, hari
ini sudah jalan-jalan dan dapat banyak ilmu. Tapi ilmu budidayanya tidak aku
tulis di sini. Ini hanya ilmu inspirasi bahwa sesungguhnya negeri ini kaya dan membutuhkan orang-orang bijak untuk memanfaatkan semua itu dengan benar. Semoga kita semakin cinta
Indonesia. Hidup pertanian Indonesia :)
so sweet
ReplyDeleteso sweet :D
Deleteweh sip
ReplyDeleteBbrp waktu lalu main kesini bawa rombongan wisata tour Travel Jember Malang, trs nyobain kopinya. Ternyata memang enakkk sekali, yg jenis arabica apa gt lupa, :) one of the best coffee yang pernah ak sruput.
ReplyDelete