Thursday 5 December 2013

Field Trip Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

            Seharusnya melanjutkan tulisan tentang Field Trip ke Jogja tapi berhubung ada berita yang lebih hangat aku ingin menulis tentang Kunjunganku kemaren 5 Desember 2013 Field Trip to Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Well, mungkin ada yang belum tau di mana tempat Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini. Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia terletak di Kabupaten Jember di Jl. PB Sudirman namun kebunnya terletak di Renteng, 11 km dari kecamatan Jenggawah. Aku dan kawan-kawan mengunjungi lokasi perkebunan ini untuk kegiatan Field Trip mata kuliah Usaha Budidaya Komoditi Perkebunan Unggulan.



            Hawa perjalanan field trip kali ini tidak jauh berbeda dengan field trip ke Jogja. Hawa sejuk musim hujan tapi untung saja hanya mendung. Namun memang benar mendung tak berarti hujan karena sampai pulang tidak ada hujan :D. Tapi, aku dan kawan-kawan tidak naik bus seperti ke Jogja. Jarak yang dekat ke Puslit Koka Indonesia Renteng mampu ditempuh dengan naik sepeda motor saja. Kira-kira hanya butuh waktu 45-60 menit dari Universitas Jember ke Puslit Koka Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah satu-satunya lembaga penelitian di bidang kopi kakao di Indonesia dan terletak di Kabupaten Jember. Keren kan? Jember punya aset pertanian nasional :)

foto

            Bahkan lembaga ini juga mengeluarkan beberapa buku tentang budidaya kopi dan kakao seperti di bawah ini mau tau lebih dalam bisa mengunjungi toko buku terdekat atau membaca cuplikannya di Google Book.

   


       Tujuan utama aku dan kawan-kawan penempuh mata kuliah “Usaha Budidaya Komoditi Unggulan” ini untuk mengetahui lebih dalam tentang budidaya kopi dan kakao. Maklum kopi dan kakao adalah komoditi perkebunan unggulan di Indonesia. Siapa tau kualitas dan kuantitas produksi bisa semakin membaik di Indonesia dengan bertambahnya pengetahuan mahasiswa pertanian di bidang budidaya kopi dan kakao. Apalagi kopi kakao adalah penyumbang devisa negara.

Seberapa hebatnya sih kopi Indonesia kok bisa jadi komoditi unggulan?

Setelah mencari informasi yang bisa dipertanggung jawabkan aku dapat statement berikut ini.
            Indonesia berada di peringkat ketiga produsen kopi terbesar di dunia. Itu berdasarkan data Indonesian Coffee Festival (ICF). Brazil masih menjadi produsen kopi nomor satu di dunia, disusul Kolombia. Dari data yang didapatkan ICF, Indonesia menjadi penghasil kopi Robusta (85 persen) terbanyak, disusul oleh kopi Arabika (15 persen). Dari kedua jenis kopi tersebut, Indonesia telah memproduksi 600 ribu ton per tahun, dari 1,3 juta hektare kebun rakyat (tribunnews.com, 2012).
            Sampai saat ini Indonesia masih menjadi penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam. Tahun lalu, produksi kopi tercatat sebesar 748 ribu ton per tahun atau 6,6% dari produksi kopi dunia. Beberapa produk kopi andalan dalam negeri, menurut Hidayat, adalah Gayo Coffee, Mandaling Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, Toraja Coffee, Bajawa Coffee, Wamena Coffee, dan juga Luwak Coffee (detik.com, 2012).

 

Percaya kopi jadi komoditi perkebunan unggulan di Indonesia? :)
            Hebatnya lagi kopi masih bisa diolah menjadi Kopi Luwak. Kopi luwak memang sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Kopi luwak Indonesia sudah diakui cita rasanya di dunia Internasional. Bahkan sejarah kopi luwak pun berasal dari Indonesia. Seperti yang terdapat pada Wikipedia (2013), asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.


            Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.


Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.

Dari sini semakin cinta dengan Indonesia? J

Ya ini baru membahas dari segi Kopi. aku belum menceritakan keunggulan kakao Indonesia (dan keunggulan Indonesia tidak hanya kakao, intinya banyak hal yang membanggakan di indonesia yang mungkin tidak sempat aku tulis di blogku ini).

 

  
Kakao adalah tanaman penghasil coklat. Jadi, coklat yang kita makan itu sebenarnya berasal dari biji di dalam buah kakao. So, dimana letak keunggulan kakao bagi Indonesia. Ya data ini akan menunjukkannya
Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun panen 2005)
1.      Pantai Gading (38%)
2.      Ghana (19%)
3.      Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah)
4.      Nigeria (5%)
5.      Brasil (5%)
6.      Kamerun (5%)
7.      Ekuador (4%)
8.      Malaysia (1%)
9.      Negara-negara lain menghasilkan 9% sisanya.

Indonesia adalah negara penghasil kakao terbesar NOMOR 3 di dunia dan Indonesia bertekad menjadi penghasil kakao terbesar kedua di dunia, setelah negara Pantai Gading. "Indonesia saat ini berada di posisi ketiga setelah negara Pantai Gading dan Ghana, sebagai penghasil kakao dunia," kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Dr Rusman Heriawan, yang berkunjung ke Mamuju, Sabtu. Ia mengatakan, produksi kakao di Indonesia saat ini telah mencapai 712 ribu ton per tahun dengan luas lahan sekitar 1,7 juta hektare. Menurut dia, kalau produksi kakao Indonesia itu terus dikembangkan maka tekad Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar dunia akan dapat diwujudkan (ANTARA News, 2013).
Dari semua kakao yang diekspor adalah dalam bentuk curah (sebagian besar) bukan produk jadi. Walaupun Indonesia menghasilkan kakao terbesar nomor 3 di dunia namun produk coklat yang terkenal adalah coklat Belgia. Padahal Belgia bukan produsen kakao. Hal ini tentu saja sangat disayangkan. Indonesia menjual bahan mentah ke luar negeri, di luar negeri diolah dan dijual kembali ke Indonesia. Tapi aku cukup bangga dengan Indonesia karena produk coklat yang satu ini ternyata produk asli Indonesia.


Nggak percaya, searching aja di Google :)

Aku juga menyempatkan bertanya pada petugas di PUSLITKOKA Indonesia intinya mengapa negara kita tidak terkenal dengan produk coklatnya. Bapak tersebut bilang itu karena mesin pengolah coklat sangat mahal harganya mungkin satu alat saja berharga 800 juta rupiah padahal ada sekitar 4-5 alat yang dibutuhkan untuk mengolah kakao menjadi coklat. Mungkin hanya orang-orang sekelas keluarga ARB yang bisa membelinya. Namun rupanya semua mesin olah di Puslitkoka Indonesia di rakit sendiri oleh bapak tersebut. Bapak yang lupa aku tanyakan namanya itu juga bercerita kalau ia juga berusaha membuat mesin yang bisa dijual untuk pembuatan coklat skala rumah tangga dengan harga sekitar 100-200 juta. Ini lebih murah dari mesin pengolah kakao yang diimpor. Untuk mesin yang di puslit itu sendiri memiliki total biaya sekitar 800 juta karena kapasitas yang lebih besar.

Semoga terwujud mesin pembuatan coklat home industrinya
Semoga coklat yang terkenal itu namanya coklat Indonesia :)


            Well, hari ini sudah jalan-jalan dan dapat banyak ilmu. Tapi ilmu budidayanya tidak aku tulis di sini. Ini hanya ilmu inspirasi bahwa sesungguhnya negeri ini kaya dan membutuhkan orang-orang bijak untuk memanfaatkan semua itu dengan benar. Semoga kita semakin cinta Indonesia. Hidup pertanian Indonesia :)

4 comments:

  1. Bbrp waktu lalu main kesini bawa rombongan wisata tour Travel Jember Malang, trs nyobain kopinya. Ternyata memang enakkk sekali, yg jenis arabica apa gt lupa, :) one of the best coffee yang pernah ak sruput.

    ReplyDelete