Monday, 17 November 2014

Menjadi Psikolog Untuk Diriku Sendiri (Lagi)

Hari ini aku belajar lagi untuk mengobati penyakit jiwaku Kenapa aku bilang penyakit jiwa? Karena aku merasa sifat itu tidak umum dimiliki orang normal, seperti mudah marah, terlalu kaku, dan tidak menolerir kesalahan. Kali ini akan aku ulas satu persatu. Mengurai semua ini seakan sebuah terapi bagiku untuk mengurai setiap masalah kejiwaan yang aku punya dan mencoba mengobatinya dengan mencontoh cara orang normal bersikap. 

Pagi ini misalnya, aku telat datang ke kampus untuk sebuah acara penting sampai2 dosenku menghubungi untuk segera tiba. Dosenku yang satu ini sering marah pada asisten lain tapi padaku belum pernah sedikitpun. Maka kali ini kalau aku tidak salah ingat adalah pertama kalinya ia memarahiku terang-terangan seperti itu. Anehnya, kali ini aku tidak kesal ketika dimarahi, tidak berusaha membela diri, ataupun berusaha membantah. Aku merasa tenang namun juga sadar bahwa aku salah. Aku hanya tersenyum sendiri menyadari hal ini pagi ini. Biasanya jika aku dimarahi oleh siapapun itu bahkan jika aku tidak bisa membantah maka aku akan mengumpatnya dalam hati. Hari ini aku tidak merasa perlu membantah dan tidak juga mengumpat dalam hati. Aku hanya berfikir, aku salah dan aku harus diam dan tenang ketika nanti dimarahi secara langsung. Jangan mengecawakan lagi. Dan lucunya bukan hanya aku yang teledor hari ini. Asisten lain juga terlambat dan membuat dosenku yang satu ini ngomel sepanjang perjalanan di dalam mobilnya. Aku dan seorang asisten yang duduk di belakang hanya saling senyum menyadari dan menertawai keteledoran kami. Kami sangat menyayangi dosen kami ini. Kami tau dia marah karena kami memang salah.

Dulu, aku tidak bisa merasa setenang itu. Aku selalu takut dengan kesalahan. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak salah karena kesalahan membuatku merasa begitu buruk. Mungkin karena selama ini aku sering berinteraksi baik saat KKN dan magang dengan orang-orang normal, aku mulai mempelajari cara mereka. "Manusia akan selalu melakukan kesalahan dalam hidupnya, tapi jangan takut ketika kau melakukan kesalahan. Hadapilah dengan baik dan tenang." Mungkin ketakutan dalam membuat kesalahan itu juga membuatku sangat disiplin sehingga sangat sulit mentolerir kesalahan orang lain. Bagiku sulit sekali memafkan kesalahan orang lain. Bahkan tidak jarang, keslahan orang lain yang fatal bagiku membuatku sangat sakit hati dan mengabaikannya. Abaian itu semacam kekesalan dan ketidakmampuanku dalam memaafkan. Sekarang, aku tahu kenapa aku sangat disiplin pada diriku sendiri, aku tidak mudah memafkan orang lain, itu karena "Aku tidak mampu memafkan diriku atas kesalahan yang aku lakukan. Karena itulah aku juga sulit memafkan orang lain". Mulai saat ini aku akan mencoba memaafkan kesalahan yang aku buat. Aku akan mencobanya dengan cara-cara yang tak bisa tergambarkan dengan kata-kata saat ini karena itu mungkin adalah sikap refleks atas sebuah refleksi ajaran langsung dari lingkungan di sekitarku yang selama ini aku dapatkan. Aku berharap dan selalu berharap alam bawah sadarku akan merekam dan memberikan refleks positif dalam aku bersikap.

Hari ini aku juga merasakan nyaman dalam berinteraksi. Jika biasanya dalam obrolan aku selalu menjadi pembicara yang berbicara tentang duniaku sendiri yang menurutku akan terdengar hebat maka kali ini point utama yang aku lihat dalam mengobrol adalah bisa membaur dengan apa yang dibicarakan orang lain. Aku tidak lagi berbicara tentang duniaku saja, aku berbicara dengan mereka dengan dunia kita bersama. Tidak ada lagi perasaan ingin terlihat hebat, kalaupun ada aku langsung membuangnya jauh-jauh. Hebat itu bukanlah karena kita lebih baik dari yang lain tapi karena kita memang hebat. Pemikiran ini muncul setelah aku membaca sebuah quote "Kau hebat bukan karena kau lebih hebat dari orang lain tapi karena dirimu memang hebat". Dulu, sebuah ukuran tentang hebat bagiku adalah dengan membandingkan kemampuanku, prestasiku dengan kemampuan dan prestasi orang lain. Saat ini semua paradigma itu seakan terbantah oleh quote itu. Ukuran tentang hebat bukanlah dengan membandingkan kemampuan kita, prestasi kita, dengan kemampuan dan prestasi orang lain tapi membandingkannya dengan tanggung jawab kita sendiri. Quote itu memberi pengaruh besar pada pemikiranku dan mengajarkanku untuk tidak lagi melihat rumput di halaman tetangga. Akupun mulai belajar untuk melihat halaman rumahku sendiri. Sudahkah aku memiliki tanah yang subur di halaman rumahku? Sudahkah aku taburi ia dengan benih-benih rumput dan bunga yang indah? Sudahkah aku siangi ia dari gulma-gulma? Sudahkah ia aku sirami dengan baik? Jika belum, maka aku harus merawat halamanku dengan baik, Halaman yang dirawat dengan baik akan memiliki rumput dan bunga-bunga yang indah. Sekali lagi bukan berarti dengan demikian ia akan menjadi lebih indah dari halaman tetangga. Halaman tetangga tentu juga indah jika dirawat dengan indah. Dan setiap halaman akan memiliki keindahan dengan ciri khasnya masing-masing. Kembali pada kenyamanan interaksi yang mulai aku rasakan. Aku mulai mencoba memahami dan membaur dengan pembicaraan orang lain. Obrolan ringan, humoris, dan spontanitas mulai aku lakukan. Kali ini aku bukan hanya jadi penonton, aku juga jadi pemeran utama. Rasanya nyaman mengetahui hal yangterjadi hari ini. Semuanya mulai terasa normal tapi aku sadar sembuh itu tidak mudah. Masih banyak terapi yang harus aku lakukan untuk menjaga keseimbangan ini. Untuk tidak merasa tertekan, kecil, kaku, takut salah, dan ketidakpercayaan diri. Aku masih berusaha dan tetap berdoa untuk menjadi lebih baik lagi.

God, Thank You. I love You. 






Saturday, 15 November 2014

Yeh Jawaani Hai Deewani

Ini adalah salah satu film India yang sangat aku suka. Film ini sudah rilis di tahun 2013 tapi baru aku tonton di November 2014. Film ini menceritakan tentang kisah cinta dua insan yang memiliki kepribadian yang berbeda jauh yaitu seorang mahasisiwi cantik, pintar, teladan, dan anak rumahan dengan seorang pria tampan, playboy, dan berimpian untuk mengengelilingi dunia. Tokoh utama wanita diperankan oleh Deepika Padukone sedangkan tokoh utama pria diperankan oleh Ranbir Kapoor mantan kekasihnya. Walaupun mereka adalah mantan kekasih, mereka tidak terlihat canggung dalam film ini. Karan Johar memang selalu hebat dalam membuat film romantis. Baik Deep maupun Ranbir benar-benar prfesional dalam memerankan peran mereka masing-masing. 

Aku sangat suka dengan Naina. Ia sangat cantik, pintar, dan juga sederhana. Di sini dia berperan sebagai mahasiswi kedokteran yang sangat rajin dan patuh pada orang tua. Ia tidak pernah keluar kecuali dengan orang tuanya. Pertemuannya dengan Aditi membuatnya ingin merasakan bebasnya berergian. Ia pun memutuskan untuk ikut tour ke Manali. Perjalanan ini ternyata mempertemukannya dengan kawan-kawannya semasa SMA dulu Aditi, Arvi, dan Bunny.






Aku suka adegan ini dimana Naina menjelaskan pada Bunny bahwa sesungguhnya ia juga ingin menjadi remaja pada umumnya. Naina merasa bahwa ia adalah anak yang membosankan. Bunny menanggapi perkataan Naina dengan mengatakan pada Naina bahwa Naina sama dengan remaja India pada umumnya bahkan Naina sangat berani karena memulai perjalanan ini bersama orang-orang asing. Saat itu, Bunny menyuruh Naina untuk mulai mencintai diri sendiri apa adanya. Kata-kata Bunny mebuat Naina merasa lebih baik dan juga membuatnya jatuh cinta pada Bunny.

















Ini adalah adegan dimana Bunny dan Naina bersama-sama mendaki ke puncak terlarang. Konon siapapun yang ke puncak itu tidak pernah kembali. Tapi mereka sama-sama tidak percaya dengan rumor itu. Dalam perjalannannya, Bunny mengeluarkan sebuah buku tentang impiannya dan menceritakannya pada Naina. Sebelumnya, Bunny tidak pernah menceritakan semua itu pada siapa pun. Pada adegan ini ada semacam atmosfer yang menunjukka bahwa mereka saling merasa nyaman satu dan lainnya. Jika Naina telah terungkap perasaannya dengan sebuah lagu sebelum adegan ini, maka Bunny belum menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Naina.















Sayangnya saat Naina ingin mengatakan cintanya, teman-teman Bunny membawa sebuah amplop yang ternyata isinya bahwa Bunny diterima disebuah Universitas Chicago dengan beasiswa. Hal ini membuat semua yang tahu bangga. Namun juga membuat mereka sedih karena itu berarti  sahabat ini harus berpisah. Akan sulit bagi mereka untuk bertemu dan saling mengunjungi karena jauhnya Chicago. Naina yang hendak mengungkapkan cintanya saat itu mengubur kembali dalam-dalam rasa itu. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan Bunny. Baginya, cukup ia yang tahu tentang perasaannya itu.











Bunny pun jadi orang terkenal dan sukses di luar negeri. Ia tak pernah pulang ke India bahkan ketika ayahnya meninggal. Saat itu ia sedang dalam pendakian bersama 24 mahasiswa. Ayahnya meninggal hari senin dan ia pulang dari pendakian hari sabtu. Ia tidak pulang ke India karena ayahnya tentu sudah dikremasi. Tidak ada yang perlu dikunjungi karena hubungannya dengan ibu tirinya pun tidak begitu baik. Tak terasa telah 8 tahun sejak awal kepergiannya ke Chicago. Hingga suatu hari ada sebuah email yang berisi video dari aditi. Aditi mengabarkan pada Bunny bahwa ia akan menikah dengan perayaan yang sangat meriah. Dalam video itu aditi telah menjadi wanita yang feminim dan cantik berbeda 180 derajat dari sejak terakhir mereka bertemu. Adity sangat menyayangi Bunny. Dia sangat menantikan kehadiran sahabat-sahabatnya dalam pernikahannya. Bunny yang tak pernah pulang dimohonnya untuk pulang dan hadir ke pernikahannya. Di sini aku sangat menyukai persahabatan tiga orang itu antara Arvi, Aditi, dan Bunny. Sebuah pelajaran berharga bahwa hubungan wanita dan pria tak harus dan tak selamanya cinta sepasang kekasih tapi juga cinta persahabatan. Karena cinta persahabatannya itulah, Bunny pun terketuk hatinya untuk pulang.














Kepulangannya mempertemukan kembali dia dengan Naina di pernikahan Adity. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Sepanjang kebersamaan mereka aku paling suka obrolan mereka yang menjelaskan betapa berbedanya mereka. Tapi menurutku perbedaan mereka sangat unik dan saling melengkapi. Disinilah mereka sangat romantis dan serasi.




















Sebuah pelajaran berharga lagi dari film ini, sebuah kalimat yang diucapkan Naina pada Bunny ketika Bunny mengajak Naina untuk menonton pertunujkkan yang jarang sekali ada. Saat itu Naina ingin melihat sunset dan Bunny masih menyayangkan jika mereka tak hadir dipertunjukan itu. Naina berkata bahwa  "Kau sudah berusaha semaksimal mungkin Bunny, tapi kau pasti akan melewatkan sesuatu dalam hidup ini. Mari kita nikmati saja saat ini."













Tapi, saat mereka saling mengatakan cinta aku belajar arti kedewasaan, kejujuran, ketidak egoisan hati. Mereka sadar mereka saling mencintai tapi mereka sadar mereka berbeda. Naina tak mungkin ikut Bunny ke luar negeri. Keluarga dan karirnya ada di India. Dia tidak pernah pergi jauh dan lama meninggalkan keluarganya dan budayanya. Sedangkan Bunny memiliki karir yang menunggunya di Paris. Impiannya sedang menunggunya di sana. Adegan kegelisahan mereka berdua sangat menyentuh hati. Mereka tidak berdaya pada cinta tapi mereka juga mencintai impian masing-masing.















Namun akhirnya, Bunny sadar bahwa ia tidak bisa hidup terus mengelana. Ia pasti akan merindukan tanah kelahirannya. Ia sadar ia tidak bisa hidup tanpa Naina. Naina adalah pelengkap hidupnya. Dari sini aku percaya, akan ada seseorang yang membuat kita mengalah karena dengan begitu kita membahagiakannya dan membahagiakan diri kita. Akan ada seseorang yang bersedia mengalah untuk kita demi kebahagiaan bersama. Saling mengerti, membutuhkan, dan melengkapi.














Yeh Jawaani Hai Dewani


Bonus: Lirik Lagu Kabira dan artinya yang menggambar Bunny

Menjadi Psikolog Untuk Diriku Sendiri

80% orang di dunia ini memiliki masalah dengan kejiwaan
Aku salah satunya

Menjadi perenung itu tidak mudah
Ketika yang lain menjadi pemeran utama
Aku hanya menjadi penonton
Bagiku pemeran utama adalah mereka yang hidup dengan spontanitas
Dimana kehidupan itu bukanlah kehidupan yang aku jalani
Hidup yang aku jalani adalah hidup dengan pemikiran
Tentang apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku katakan
Semuanya akan kembali dengan pertanyaan, apakah tidak apa-apa kalau aku berkata demikian, apakah tidak apa-apa kalau aku berbuat demikian
Dan jika hasilnya salah maka aku akan mengutuk diriku
Ah, seharusnya tadi tidak begitu, seharusnya begini, dsb

Mungkin sikap takut bersikap, takut bicara, dan suara yang pelan yang kumiliki adalah suatu ketidak percayaan diri yang selama ini malah dinilai sebagai sifat yang lemah lembut dan pendiam
Padahal aku tak seperti itu

Hingga suatu hari semuanya terbukti
Aku tak selemah lembut yang dibicarakan orang
Aku tak sesabar yang dikira orang
Aku tak sebaik itu
Sama sekali

Akupun tidak menyesal mereka tau aku yang sebenarnya
Bagiku itu lebih baik daripada mereka terus salah berprasangka
Tapi aku menyesal jika suatu hari sifat buruk ini terus melekat
Karena itu aku selalu berdoa untuk menjadi lebih baik lagi

Dengan merenunglah aku mendapatkan pemikiran semua ini
Dengan ini aku memahami egoku yang dalam
Aku mencoba menerima apa yang dikatakan orang tentangku
Dan memulai konflik batin yang dalam
Aku harus mengalah
Suatu hal yang selama ini sangat jarang aku lakukan
Aku harus percaya
Pada kemampuan orang lain, pada ucapan orang lain
Aku harus sabar
Pada setiap impian yang ingin aku capai
Aku harus berhenti ego
Dengan mendengar ucapan demi ucapan
Aku harus mengurangi ambisiku
Dengan lebih memahami realita

Aku ingin berhenti menjadi penonton dan terlalu berfikir
Aku ingin menjadi pemeran utama dengan spontanitas yang baik, ringan, dan bersahaja

Aku, ya aku

Ingin hidup senormal mungkin dan bahagia :)  

Sunday, 9 November 2014

Play with your heart, MUSIC :)

Suatu hari nanti aku ingin sekali bisa memainkan sebuah alat musik
Alat musik yang punya suara merdu yang mampu menarik perhatian orang-orang
Yang mampu menghentikan kegaduhan obrolan ketika tangan ini telah mengalunkan sebuah lagu lewat sebuah alat musik nan berkelas

Musik serasa telah menjadi bagian hidupku
Suara musik yang aku anggap merdu mampu membuaiku berlama-lama
Ia seakan telah punya ikatan yang kuat dengan saraf-saraf otakku ini

Tak jarang aku berfikir andai saja aku bisa memainkannya
Mungkin aku bisa berimprovisasi
Mungkin aku bisa lebih sering bahagia
Musik sangat membuatku bahagia

Kalau sudah begitu, rasanya ingin sekali bisa memainkannya
Kapan? Entahlah
Aku ingin kelak bisa memainkannya di hadapan banyak orang dengan hati yang senang
Dan disambut dengan riuhan suara tepuk tangan dan kekaguman


Saturday, 8 November 2014

Magang PG Prajegan Part 2

3-7 November 2014

Add caption




















Ini adalah minggu kedua magang di PG Prajekan. Dalam minggu ini, banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan. Di hari pertama, kami masih melanjutkan penanaman single bud. Pada hari kedua kami mengelilingi pabrik gula dan mengenal proses pengolahan tebu menjadi gula dan masuk ruang Analisa Rendemen Individu ARI. Di ruangan ini akan dilakukan pengecekan rendemen dan brix tebu petani berdasarkan nomor urut truk pengangkut tebu. ARI memiliki alat yang canggih sehingga cukup sederhana untuk dilakukan. Perjalanan keliling pabrik dan masuk laboratorium ARI ini ditemani oleh Asisten Manajer Bagian Tanaman, Pak Aryo. Pak Aryo adalah orang yang sangat friendly dan lucu. Setiap magang yang didampingi oleh beliau selalu disela dengan canda tawa dan humor yang cerdas. Beliau juga seseorang yang rendah hati. Walaupun sebagai asisten manajer tanaman yang merupakan orang nomor 3 di PG Prajekan, ia berkata bahwa kami tidak perlu canggung ketika bersamanya. Beliau bergelar SP sehingga menganggap bahwa jika kami lulus maka kami akan sama dengan beliau. Padahal beliau telah berpengalaman kerja di bank dan perusahaan asing dengan jabatan tinggi namun tetap merasa rendah hati. Bahkan untuk bekerja di PG prajekan dengan posisinya saat ini, ia berhasil menjadi salah satu dari 24 orang yang berhasil diterima dari 11.000 pendaftar. Mungkin karena itu, aku sangat menghormati beliau. Semoga kamipun suatu hari nanti dapat sukses dan tetap rendah hati. Aamiin :)

Pada hari ketiga kami berjalan-jalan lagi mengelilingi pabrik gula dengan ditemani asisten manajer bagian pengolahan, Bapak Danang. Beliau lulusan UGM jurusan Teknologi Pangan. Bapak yang satu ini seumuran dengan Pak Aryo sekitar 30 puluh tahunan. Beliau adalah teman baik pak Aryo dan merupakan orang yang ramah juga. Beliau sangat welcome pada kehadiran kami. Berdiskusi tentang tebu, pabrik, gula, penentuan harga gula, sistem di dalam PG Prajekan, posisi PG Prajekan diantara PG yang lain, hingga berbagi pengalaman tentang dunia kerja, dan pengetahuannya tentang teknologi pangan. Setelah itu baru kami diajak berkeliling ke pabrik gula.

Ada beberapa tahap dalam proses tebu menjadi gula. Singkat cerita, tebu akan diletakkan ke meja tebu dari truk-truk pengangkut tebu dengan menggunakan katrol. Tebu yang telah ada di meja tebu akan dibawa oleh sebuah mesin pembawa menuju ke mesin giling. Selama perjalanannya mencapai mesin giling, tebu dicacah oleh pisau-pisau pencacah hingga menjadi hancur dan mudah digiling. Sampai di mesin giling, tebu akan digiling atau diperas dan ditampung niranya. Nira masinh berwujud nira kotor sehingga dimasukkan dalam mesin pemurnian hingga menjadi bersih. Kemudian nira tersbut akan di masukkan dalam mesin evaporasi atau penguapan untuk menguapkan air di dalam nira sehingga hanya tersisa gula. Namun, setelah melewati mesin evaporasi, kadar air nira masih tinggi. Oleh karena itu, nira dengan kadar air 30-40% itu akan dimasukkan dalam mesin puteran atau centrifuge untuk memisahkan padatan dan cairan. Padatan gula yang telah mengkristal tersebut akan dibawa menuju ayakan besar. Tujuan dari ayakan ini adalah untuk mendapatkan gula dengan standar ISO yaitu 0,8-1,2 mm. Kristal gula dengan ukuran lebih akan dibawa kembali kedalam mesin penampung nira untuk diolah kembali. Gula yang sudah sesuai standard akan dikemas dalam karung ukuran 50 kg. Gula-gula ini siap dipasarkan ke pedagang-pedagan besar yang akan mendistribusikannya kepada masyarakat.

Hal lain yang kami lakukan dalam minggu ini adalah belajar menebang tebu mulai dari proses klentek. Setelah itu kami ikut naik lori PG Prajekan yang mengangkut tetes (limbah pengolahan gula yang sudah tidak terpakai lagi) menuju lokasi pembuangan limbah tetes. Limbah ini ditempatkan di suatu tempat khusus yang berupa tong yangsangat besar yang mampu menampung tetes berpuluhribu ton. Tetes akan dijual pada pabrik pembuat penyedap rasa.

Hari terakhir yaitu di hari Jumat, kami banyak berdiskusi dengan Pak Aryo. Beliau mengajari kami tentang proses atau alur dari budidaya tebu hingga menuju ke pabrik dengan menggunakan slide power point di ruang rapat. Kami seperti kuliah tapi kuliah yang menyenangkan. Kami juga memberi beberapa masukan kepada Pak Aryo seperti penggunaan bahan organik pada lahan tanam tebu. Di sini sekali lagi aku bangga pada beliau yang tidak merasa lebih pintar dari kami. Beliau sangat jujur karena tidak berpura-pura tahu atas suatu hal hanya karena menjaga harga diri dan posisinya sebagai guru di sini. Bila beliau tidak tahu akan suatu hal, maka beliau dengan jujur akan bilang tidak tahu. Beliau juga menerima dan mendengar masukan dari mahasiswa seperti kami. Dimana tidak semua orang dengan posisi itu mau mendengarkan masukan dari mahasiswa yang belum mengetahui kondisi lapang yang sesungguhnya dan juga belum berpengalaman. Kami juga tidak berusaha untuk menutupi kekurangan kami jika kami tidak tahu agar terlihat pintar dan benar. Kami juga masih belajar dan kami mengatakannya dengan jujur. Tapi, bahan organik memanglah hal yang banyak diabaikan petani. Padahal beberapa kegunaan bahan organik adalah memudahkan penyerapan unsur hara, menyimpan air lebih lama, dan mengikat unsur-unsur beracu di dalam tanah. Bahan organik dapat berupa kompos, pupuk organik, dan pupuk kandang.

Minggu ini sangat menyenangkan. Semoga minggu depan tidak kalah menyenangkan :)

Saturday, 1 November 2014

Magang PG Pradjegan Bondowoso Part 1

27 Oktober 2014-1 November 2014


Hari pertama magang. Aku mendapat lokasi magang di PTPN XI PG Prajegan Bondowoso. Dengan motor suprafitku yang hanya mampu melaju maksimum 70 km/jam ini, waktu perjalanan menjadi 1,5 jam dengan jarak tempuh Jember ke lokasi magang sekitar 60 km. Lumayan melelahkan sampai2 tumpuan duduk jadi sakit dan kepala jadi pusing. Namun, ternyata itu masih lebih baik daripada 2 kawanku yang lain yang harus naik bus. Mereka sudah siap dari jam 6 pagi namun baru tiba jam set 11 siang karena harus melewati beberapa pemberhentian dan pengoperan kendaraan. Waktu yang sangat lama dan mungkin aku sudah mabuk darat karena tidak tahan bau bus.


Setelah sampai di sini, aku dan kawan-kawan belum bisa menemukan tempat istirahat. Rumah dinas yang direncanakan untuk kami tinggali ternyata tidak layak tinggal. Alhasil, kami harus menunggu lagi kabar tempat tinggal berikutnya -kos- yang mungkin lebih layak dan sayangnya pasti berbayar. Rencana untuk hemat mungkin akan sulit karena makan pun mungkin harus selalu beli di luar. Namun, pucuk di cinta ulampun tiba, mungkin begitulah peribahasa yang tepat kali ini. Salah seorang kawanku membawa kabar gembira. Ini bukan tentang kulit manggis yang ada ekstraknya tapi kami mendapat tawaran kamar kos yang berfasilitas baik. Kami pun meluncur ke lokasi setelah berpamitan dengan bapak-bapak satpam. Pemilik kos adalah keluarga yang ramah. Mereka memiliki kamar khusus di belakang rumah lengkap dengan kamar mandi dan dapur. Ruangannya luas dengan 1 tempat tidur spring bed dan 1 tempat tidur spons yang nyaman. Empat perempuan yang magang pas sekali bila tinggal sementara di sini. Dengan fasilitas itu aku mendapat harga kos setengah dari harga kosku di Jember. Sungguh, benar-benar beruntung rasanya mendapatkan fasilitas lengkap dengan harga yang murah juga.

Kamipun mengiyakan akan ngekos di tempat itu selama 1,5 bulan ke depan tanpa survey ke lokasi lain yang mungkin juga bisa jadi tempat kos kami. Sepertinya kami benar-benar sudah cocok dengan kos ini. Ibu kos sangat ramah, kami disediakan berbagai peralatan makan bahkan teh dan gula serta kue kering. Kami pun memiliki waktu ngeteh di pagi hari.



















Aku magang bersama 3 perempuan yang lain dan satu laki-laki. Temanku yang laki-laki memiliki kamar tersendiri di bagian depan di dalam rumah ibu kos. Temanku yang satu ini memang pandai berkomunikasi dan bercakap-cakap juga tidak sungkan sehingga sering kali ia dapat bonus makan gratis di rumah ibu kos. Kami juga sering ditawari oleh ibu kos dan kadang merasa tidak enak jika terus menolak karena sudah dimasakkan. Ibu kos kami sungguh baik.

Selain fasilitas kos yang menyenangkan, tempat magang kami juga memiliki karyawan-karyawan yang ramah. Kami mendapatkan beberapa ilmu selama satu minggu pertama magang. Salah satu diantaranya adalah ketrampilan dalam memindahkan bibit single bud ke potray. Sedikit cerita mengenai single bud, single bud adalah bibit tebu yang terdiri dari satu mata tunas yang diambil dari tebu usia 7-8 bulan. Bibit single bud ditanam di areal pembibitan 1 selama 1-2 minggu kemudian dipindahkan ke potray. Bibit yang berada di potray dapat dipindahkan ke lahan setelah usia 1,5-2,5 bulan.

Ini adalah fotoku ketika memindahkan bibit single bud ke dalam potray.























Tidak hanya magang yang kami lakukan, kami juga travelling ke pasir putih situbondo. Lokasi pasput situbondo sekitar 1 jam dari lokasi kami. Kami berangkat sekitar jam setengah 3 sore dan saat tiba, matahari sudah mulai terbenam. Pemandangannya sangat indah sore itu.

















Semoga minggu depan dapat pengalaman menarik lagi :)